" Jika kamu mencoba untuk mengubahnya, justru kamu akan merusaknya, cobalah untuk menahannya maka engkau akan kehilangannya" -Lao tzu.
Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan, dimana kita sudah melakukan segala cara namun alam seakan tidak merestuinya. Kita menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan materi untuk suatu hal, namun satu satunya hal yang didapatkan adalah pelajaran. Bahwa tidak semua hal bisa kita dapatkan.
Saya masuk perguruan tinggi negri, siapa saja yang kuliah disana wajib lulus ketatnya seleksi. Semua keluarga saya amat bangga akan prestasi yang diraih, namun ironi bagi kondisi kehidupan yang saya alami. Nilai bagus akademi, sampai nilai uji sertifikasi profesi saya jalani dengan sangat baik, jika tidak punya nilai tertinggi, setidaknya nilai tertinggi kedua sudah jaminan pasti.
Namun semua itu bisa saya raih dengan awal bagian kehidupan degil yang saya lalui. Punya obsesi saat usia belasan tahun membuat saya mudah star syndrom, merasa cukup pintar, dan punya skill motorik khususnya dibidang olahraga bulutangkis dan bola basket.
Begitu popelernya saya dikampus, menjadikan saya lupa akan tujuan sebenarnya cita cita yang dituju. Lupa bahwa untuk bisa masuk fakuktas kedokteran gigi swasta mama saya harus menjual seluruh tabungan emasnya, sebanyak kaleng biskuit khong guan itulah jumlah emas yang mama saya jual ditoko langganannya di pasar kopro jakarta barat.
Mudah buat saya mengecilkan segala perkara, seakan akan apa saja yang saya inginkan seakan mudah didapatkan. Sampai rentetan kegagalan, penolakan dari banyak peristiwa dan kejadian, membuat mental dan karakter saya menurun. Dan apa saja yang saya buat, nihil, tidak ada satupun yang bisa diraih, semakin saya mengejarnya, dan semakin saya bertahan akan prinsip keyakinan diri , dimana keakuan yang sangat dominan, semakin turun bebas kondisi fisik dan psikis saya, Alhamdulillahnya, Wabi - Sabi, Wu Wei, Hygee, Dan mendhem jero mikul dhuwor, sebuah filsafat ajaran alami masyarakat zaman dahulu, menjadi chapter baru buat saya untuk bisa memahami dan memaknai kehidupan yang diluar ekspetasi ini, perlahan menjadi lebih baik, bahkan lebih nyaman untuk di jalani.
Minggu lalu saya sudah berbagi hebatnya prinsip wabi - sabi, dan sekarang saya akan kupas tuntas, filsafat prinsip hebat Wu wei yang juga membantu buat warna khas bagi karakter diri saya pribadi.
Prinsip Wu wei adalah "berhenti mencari, maka kamu akan sampai, berhenti mencari, maka kamu akan melihat, berhenti melarikan diri, maka kamu akan ditemukan". Wu wei dalam bahasa cina punya arti tidak melakukan apa apa. Beberapa masyarakat cina mengartikan, melakukan tindakan tanpa usaha. Wu wei mungkin punya kesan bersantai, bermalas malasan, atau menjadi manusia apatis. Namun tidak seperti itu ajaran filsafat Wu wei ini.
Konsep Wu wei berfokus pada, kedewasaan, tanggung jawab, dan kebijaksanaan, sehingga menjadi salah satu ajaran inti taoisme di cina.
Taoisme merupakan ajaran filsafat kehidupan yang diajarkan Lao Tzu pada tahun 500 SM. Taoisme meyakini kekuatan karakter dari tidak melakukan tindakan. Dalam prinsip Wu wei, seseorang diharuskan sadar akan keterbatasannya dalam melakukan tindakan sesuatu, harus wajar dalam melakukan sesuatu, dan harus berdiam ketika tidak melakukan apapun.
Karena terkadang, tidak melakukan tindakan apapun adalah merupakan jalan terbaik. Pada dasarnya tidak semua masalah dapat kita selesaikan, terkadang semuanya terselesaikan sendiri dalam kurun waktu tertentu. Campur tangan kita justru akan membuat masalah baru, layaknya air yang berlumpur, kita hanya perlu menunggu dan berdiam sampai lumpur turun kedasar air dengan sendirinya, dimana air yang keruh tadi pun berangsur menjadi jernih.
Tidak memaksa, Wu wei mengajarkan kita untuk tidak memaksa, ketika banyak kejadian dan peristiwa diluar yang bisa kita kendalikan, maka kita hanya perlu menyelaraskannya. Kita tidak perlu mengubah atau melawan alurnya, Hal yang telah digariskan untuk kita, akan tetap menjadi bagian kita, karena sesuatu yang tidak sepadan dengan kita, tidak akan pernah jadi bagian kita.
Segala sesuatu untuk mengubahnya akan menjadi sia sia, pada dasarnya, kita akan tahu jalan yang akan menjadi milik kita, dikarenakan obsesi dan harapan lebih yang seakan manusiawi, justru itu yang menjadi sebab kita terperosok dalam kondisi payah dan frustasi.
Hal yang kita sukai, hal yang mudah untuk kita lakukan, hal yang tak perlu banyak usaha. Hal yang tidak pernah membuat kita lelah dalam melakukannya, meskipun banyak menghabiskan waktu kita, dengan berfokus pada hal hal tersebut, maka seseorang akan jauh lebih mudah memaknai setiap himpitan dan kesulitan kehidupan dengan bijak. Dan keberhasilan akan senantiasa terbuka lebar peluangnya.
Justru ketika berusaha menaklukkan banyak hal, dan terlihat lebih unggul dari manusia lain, dengan banyak melakukan tindakan ini itu, malah membuat distorsi atau kekacauan bahkan kehancuran mental dan psikis seseorang.
Wu wei mengajarkan kita untuk tahu kapan kita harus berusaha dan kapan kita harus berdiam diri, menunggu dan menyimak perubahan perubahan yang diakibatkan tindakan lalu kita.
Seekor ikan tidak perlu belajar terbang, dan kupu kupu tidak perlu kursus menyelam, semua ada fungsi dan bagiannya. Didalam hidup ini, pastikan fungsi kehadiran kita bagi orang lain, maknai, jumpai, dan layani.
Berdiam diri dalam pengertian Wu wei, bukan tindakan pasif, akan tetapi lebih kepada memahami tata kelola, detail, dan perencanaan waktu juga tindakan kita. Karena saat kita hendak membuat perahu, perahu kecil dan perahu besar bukan materialnya yang membedakan, melainkan tata kelola, detail dan perencanaan waktu dan tindakan kita yang membeda.
Hampir seperti bersikap pasrah, akan tetapi prinsip Wu wei mewajibkan kedinamisan sikap dan tanggung jawab kita harus diselaraskan dengan momentum momentum yang ada, baik capaian keberhasilan, capaian kegagalan pun wajib tetap mengharuskan faktor kedinamisan karakter kita tetap utuh, berada dalam koridor optimisme dan positif sikap.
Wu wei juga mengajarkan kesadaran adanya batasan waktu bagi setiap insan manusia dimuka bumi ini, oleh karenanya tidak ada manusia yang senantiasa dalam keadaan beruntung, merugi juga merupakan hal jaminan seorang insan manusia. Wu wei itu layaknya seorang muslim yang tetap sholat pada fase kejayaan, dan tetap sholat pada fase fase kesulitan, seakan akan sholat itu jadi time dan moment sampling seorang muslim untuk berdiam diri. Dan sholat merupakan ibadah dinamis yang mempertahankan keoptimisan dan sikap positif.
Mereka mengenalnya Wu wei, kita mengenalnya sholat, mereka pahamnya untuk tidak melakukan apa apa, kita memahaminya dengan melakukan sholat 5 waktu secara rutin.
Wu wei itu laksana kita melakukan sholat 5 waktu, dan biasanya, orang yang tekun sholat 5 waktunya, merekalah yang senantiasa mampu berkata, ...
Sini duduk samping aku.
-RadjaMNoor-