3 Tips Belajar Sirah Nabawiyah Bagi Pemula dan 4 Tips Bagi Peneliti! Ini Penjelasannya

3 Tips Belajar Sirah Nabawiyah Bagi Pemula dan 4 Tips Bagi Peneliti! Ini Penjelasannya

Belajar  sirah nabawiyah diarahkan berbagai tema dan peluangnya sangat terbuka luas, apalagi di negeri kita yang belajar sirah nabawiyah cenderung masih sifatnya general atau umum,

Ustadz Ridwan Hamidi

MAKASSAR UMMATTV.COM  

Berikut kami rampungkan inti-inti materi yang disampaikan dalam ceramah shubuh tersebut berkaitan dengan sirah nabawiyah dan bagaimana alur bagi pemula untuk mempelajarinya baik untuk diri sendiri atau sebagai seorang peneliti.

Kita semua sering mendengar sirah nabawiyah bahkan sebagian kita pernah belajar, kesadaran sejarah merupakan bagian dari pesan penting yang ingin didapatkan dari belajar siroh nabawiyah.  Karena kalau kita lihat dalam Al-Quran, kisah jumlahnya Begitu banyak bahkan sebagian ulama mengatakan sepertiga Al-Quran isinya kisah, baik kisah orang-orang terdahulu maupun kisah Nabi dan Rasul kita Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam.

Kisah dalam Al-Quran punya banyak kelebihan, paling tidak ada tiga hal, pertama Asdaqul Qasas yakni kisah yang paling benar, dan yang kedua Anfa'ul Qasas yakni kisah yang paling bermanfaat, dan yang ketiga Ahsanul Qasas yakni isah yang paling baik.

Kisah dalam Al-Quran sangat berbeda dengan kisah apapun, kalau kita bandingkan dengan kisah-kisah yang berkembangang, apalagi kisah rakyat yang kadang tidak jelas rujukannya dan juga tidak jelas kebenarannya, selain juga kisah kadang-kadang menginspirasi untuk sesuatu.

Kenapa belajar siroh nabawiyah kadang-kadang tidak sampai pada tingkat sebagai uswatun hasanah. Apa yang salah dalam proses belajar siroh kita, kenapa ada yang belajar siroh tapi tidak sampai pada merasakan beliau Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah, bisa jadi ada yang salah dalam proses belajar belajar ilmunya.

Ada dua tipe masyarakat yang belajar sirah, yang pertama mereka belajar siroh untuk kepentingan dirinya sendiri, dan bagi tipe ini ada tiga tahap dalam belajar siroh nabawiyah, yang pertama belajar kronologi yakni menamatkan rangkaian peristiwa, mendetailkan kronologi itu sampai informasinya begitu lengkap. Misalnya proses hijrah Nabi Muhammad SAW. 

Tapi kalau pada level kita, sudah saatnya belajar Siroh Nabawiyah agak lebih dalam, tidak cukup hanya menyebutkan bahawa Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah ditemani oleh Abu Bakar al-Siddiq untuk di tingkat PAU TK SD itu masih cukup. Tapi kalau di level kita sudah betul-betul sangat tidak memadai kalau hanya informasinya terlalu dangkal Seperti itu.

Setelah kita belajar kronologinya yang kedua adalah kita belajar refleksi atau apa hikmah yang bisa didapatkan. Pasti ada pelajaran yang bisa didapatkan, karena tidak mungkin Allah sejak awal kelahiran Nabi Muhammad SAW sengaja menjadikan Rasulnya yatim.

Contoh kita bicara tentang Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim, tapi tidak kehilangan figur ayah, sementara kita hidup di zaman sekarang dan di negara kita di Indonesia. Kita mendapati salah satu tema dan ini kami dapatkan informasi salah satu penerbit bahwa tema yang paling banyak diminati dari sekian banyak tema tentang parenting Adalah tentang fatherles tentang anak-anak yang kehilangan figur ayah.

Artinya anak punya bapak punya ayah, tapi ayah tidak hadir dalam kehidupan anak, yang fungsi ayah hanya seperti mesin ATM. Artinya kalau perlu uang tinggal tekan tombol kemudian keluar uangnya, tapi ayah tidak mendidik, ayah tidak mengajarkan, ayah tidak mengarahkan, ayah tidak pernah mengenalkan hal-hal yang menjadi bekal kehidupan seseorang, ayah hadir Sebagai mesin ATM.

Yang ketiga adalah tematik yakni sirah nabawiyah dibahas berdasarkan tema-tema tertentu, temanya bisa berkaitan dengan segala aspek dalam kehidupan Nabi baik sebagai guru, politisi, saudagar dan lainnya.

Berbeda dengan tipe belajar yang untuk kepentingan pribadi, untuk tipe kedua adalah tipe peneliti. Tentu ada cara yang berbeda, kami bahas secara singkat menjadi empat bagian, pertama taksis yakni belajar sirah nabawiyah perlu punya fondasi yang kokoh yang biasanya dengan menghapal matan, termasuk didalamnya adalah mengulang-ulang sebanyak mungkin.

Yang kedua adalah tasawur yakni mengetahui gambaran yang utuh tentang sirah nabawwiyah, meskipun levelnya masih dasar, dangkal tetapi paling tidak punya gambaran, yakni ketika disebutkan satu tema maka sudah punya gambaran yang utuh maka informasi itu akan lebih mudah dirangkai dan disimpan dalam folder-folder.

Kemudian ketiga adalah tahlil, yakni mencoba untuk menganalisa peristiwa-peristiwa sirah nabawiyah. Kalau bagi peneliti membutuhkan perangkat ilmu yang banyak, maka orang belajar sirah nabawiyah yang mendalam itu perlu penguasaan semua cabang ilmu yang ada, ini perlu penguasaan ilmu tafsir, hadis kemudian ada fikih, usul fikih dan sekian banyak perangkat ilmu yang lain.


Terakhir adalah tabakhur atau takhosus, ada sebagian kita yang mungkin ketika meminati sirah nabawiyah memilih bidang tertentu, bidangnya tidak perlu sama dengan yang lain atau tidak harus sama dengan yang lain. Mungkin ada yang lebih cenderung pada tema-tema yang berhubungan dengan parenting, maka muncullah namanya parenting nabawiyah. Misalnya ada juga yang lebih tertarik pada tema-tema ekonomi maka lahir entrepreneur

Maka bisa juga sirah nabawiyah diarahkan berbagai tema dan peluangnya sangat terbuka luas, apalagi di negeri kita yang belajar sirah nabawiyah cenderung masih sifatnya general atau umum, belum ada yang spesialis dalam berbagai tema dengan pendekatan sirah nabawiyah baik dalam bidang kesehatan dan lainnya


Ustadz Ridwan Hamidi  Ketua Bidang Ketahanan Keluarga DPP Wahdah Islamiyah Ustaz Ridwan Hamidi, Lc., M.A., M.P.I menyampaikan ceramah subuh dalam rangkaian Musyawarah Kerja Nasional Wahdah Islamiyah dengan mengangkat tema seputar sirah nabawiyah, di Masjid Asrama Haji Sudiang Kota Makassar, Sabtu (25/11/2023).






Sebelumnya :
Selanjutnya :