BATAS KESABARAN

BATAS KESABARAN

Saudaraku, Dalam ‘Uddat Ash-Shabiri, Ibnu Qayyim menjelaskan batasan kesabaran adalah tidak menyalahkan takdir.

Adapun menampakkan musibah yang sedang menimpa, selama tidak mengeluh, tidaklah menafikkan kesabaran. Sebagaimana dalam kisah Ayyub AS, Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).” 

(QS. Shad: 44)

Padahal dalam ayat yang lain, Ayyub AS terang-terangan berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit.” 

(QS. Al-Anbiya: 83).

Tapi Allah Azza wa Jalla tetap menyebut Ayyub AS sebagai hambanya yang paling sabar. Sehingga berdasarkan ayat-ayat di atas maka harus dipahami bahwa menampakkan musibah yang terjadi bukan berarti tidak sabar.

Saudaraku,

Menurut Ibnu Qayim, terdapat dua macam keluhan:

Pertama, mengadu kepada Allah Azza wa Jalla. Keluhan macam ini tidak menafikkan kesabaran, ini adalah keluh kesah yang disukai Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana Nabi Ya’qub AS berkata kepada Allah Azza wa Jalla,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku” 

(QS. Yûsuf: 86)

Demikian juga dengan Nabi Ayyub AS  juga berkata,

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit.” 

(QS. al-Anbiyâ: 83)

Kendati demikian, Allah Azza wa Jalla tetap menilainya sebagai orang yang sabar, bahkan pemimpin orang-orang yang sabar. Nabi Muhammad SAW juga pernah berdoa dan menampakkan kelemahannya kepada Allah Azza wa Jalla dan mengadu,

“Ya Allah, kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatan diriku, terbatasnya siasatku” 

(HR. Bukhari & Muslim)

Musa AS pun berdoa, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, dan kepada-Mu lah orang mengadu. Engkaulah tempat meminta pertolongan, dan pada-Mu terdapat pertolongan, serta pada-Mu aku bertawakal. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan seizin-Mu".

Kedua, keluh kesah berupa tindakan dan kata-kata orang yang diberi cobaan. Keluhan macam ini tidak mengandung unsur kesabaran, melainkan berlawanan dengannya. Jadi, ada perbedaan mencolok antara mengeluh dan mengadu.

Ada yang berpendapat, bahwa kesabaran adalah keberanian jiwa. Berangkat dari sinilah orang mengatakan, “Keberanian adalah kesabaran sesaat.”

Ada pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah teguhnya hati dalam menghadapi situasi sulit. Kesabaran dan kegelisahan adalah dua hal yang bertentangan, dan keduanya saling berlawanan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berkeluh kesah yang disukai oleh Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


Wallahua'lam bishawab


sumber gambar: google image

Sebelumnya :
Selanjutnya :