Keluarga, Benteng Pertama Peradaban Islam

Keluarga, Benteng Pertama Peradaban Islam

Bagian penting dalam upaya Wahdah Islamiyah untuk memperkuat basis keluarga sebagai fondasi dakwah dan perjuangan umat Islam di Indonesia.

Pesan Syekh Prof. Isa Al Masmily dalam Pembekalan Motivator Keluarga Wahdah Islamiyah


Jalan Allah itu satu, sementara jalan setan sangat banyak.” Dengan ayat ini (QS. Al-An'am: 153), Syekh Prof. Isa Al Masmily membuka materinya dalam acara Pembekalan Motivator Keluarga yang digelar DPW Wahdah Islamiyah DKI Jakarta dan Depok, pada 28–29 Mei 2025 di Masjid Azura, Kemang, Bogor.

Mengangkat tema "Aktualisasi Fungsi dan Peran Keluarga dalam Mengokohkan Ketahanan Keluarga", acara ini diikuti oleh pasangan-pasangan pengurus Wahdah Islamiyah se-Jabodetabek dan Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, Syekh Isa menekankan bahwa keluarga adalah lembaga pertama dan terbesar dalam masyarakat, dan karenanya memiliki peran vital dalam membentuk karakter peradaban.

“Presiden, pemimpin, hingga orang dengan profesi paling sederhana, semuanya berasal dari keluarga,” ujar Syekh Isa .

Islam dan Perhatian Besar terhadap Keluarga

Syekh Isa menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang memberi perhatian sangat besar pada keluarga. Dalam ajaran Islam terdapat konsep birrul walidain, silaturahim, hak ibu, hak anak perempuan, hak kerabat, dan banyak lagi. Semua itu menjadi pondasi sosial yang bila dijaga, akan berdampak langsung pada kebaikan masyarakat secara luas.

Ia mengutip hadits tentang cinta Rasulullah kepada Aisyah dan Abu Bakar sebagai bukti bahwa hubungan dalam keluarga dibangun atas dasar cinta, dan cinta ini kemudian diperkuat dengan semangat tolong-menolong dalam kebaikan dan ibadah.

“Rumah tangga yang dibangun di atas cinta dan ibadah akan menjadi benteng dari gangguan setan,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya dzikir, shalat, dan amal nawafil (ibadah sunnah) dalam kehidupan keluarga Muslim, karena hal-hal itu menjadi tameng yang menjaga keluarga dari kerusakan moral dan spiritual.

Keluarga: Target Strategis Musuh Islam

Dalam bagian yang paling menggugah, Syekh Isa menyampaikan bahwa musuh-musuh Islam sangat memahami peran strategis keluarga dalam membentuk masyarakat. Oleh karena itu, mereka menjadikan keluarga sebagai sasaran utama untuk dirusak melalui berbagai program dan ideologi yang bertentangan dengan nilai Islam.

“Jika keluarga rusak, masyarakat akan ikut rusak. Maka menjaga keluarga adalah menjaga umat,” ujarnya.

Syekh Isa menegaskan bahwa umat Islam membutuhkan para pendamping keluarga yang tidak hanya mampu menyelesaikan masalah rumah tangga, tetapi juga membangun keluarga Muslim yang ideal, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta sosok-sosok teladan seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Menjadi Teladan dan Corong Perubahan

Senada dengan Syekh Isa, Ustaz Ilham Jaya, Ketua DPW Wahdah Islamiyah DKI Jakarta dalam sambutannya mengungkapkan bahwa gerakan dakwah keluarga harus menjadi motor perubahan di tengah umat. Ia mengangkat keprihatinannya terhadap menjamurnya biro-biro konsultasi keluarga yang dikelola oleh kelompok Syiah di Jakarta, dan mengajak seluruh peserta untuk menjadi corong kebaikan yang lurus dan berkah

“Mudah-mudahan keluarga dai menjadi gerbong perubahan, dan kegiatan ini menjadi awal dari gerakan besar membangun ketahanan keluarga Islam,” ungkapnya.

Keluarga sebagai Proyek Peradaban

Di akhir pemaparannya, Syekh Isa memberikan penekanan bahwa menjadi motivator keluarga bukan sekadar mengatasi konflik rumah tangga, tetapi menjalankan misi peradaban. Oleh karena itu, mereka perlu dibimbing agar senantiasa berada di atas jalur syariat dan tidak tergelincir oleh arus pemikiran yang menyimpang.

Acara yang berlangsung  menjadi bagian penting dalam upaya Wahdah Islamiyah untuk memperkuat basis keluarga sebagai fondasi dakwah dan perjuangan umat Islam di Indonesia.

Sebelumnya :
Selanjutnya :