Oleh Ustaz Bachtiar Nasir
ADANYA pihak yang menghina Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam in, bagi orang-orang yang beriman akan menjadi ukuran kecintaannya kepada baginda Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, bagaimana ia menyikapi penghinaan tersebut.
Hal tersebut juga menjadi ukuran bagi keimanan dan ketauhidan seorang muslim di hadapan Nabinya, Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam.
Hal tersebut juga bisa menjadi batu sandungan bagi setiap orang terhadap Alquran al-Karim dan risalah yang dibawa oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Karena penghinaan terhadap Nabi tidak saja terkait dengan pribadi nabi, tapi juga terkait dengan risalah yang dibawa oleh Nabi.
Kami memberikan peringatan dan bimbingan kepada umat, bagaimana menyikapi dan mengambil hikmah di balik penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Kejadian baru-baru ini lebih menyakitkan karena disampaikan di oleh seseorang yang memiliki kedudukan di suatu negeri dalam sebuah diskusi yang mewakili lembaga yang berkuasa di negerinya. Dan ini adalah penistaan di tingkat formal yang tidak terjadi sebelumnya.
Kejadian tersebut memiliki dampak positif dalam membangkitkan semangat cinta kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Semoga hal tersebut meluas menjadi semangat persatuan.
Apabila ada isu besar seperti ini, umat islam belum juga bangkit dan bersatu, lalu mau menunggu momentum apalag? Apa menunggu hingga ada pembantaian dan dihinakan sehina-hinanya?
Penghinaan terhadap Nabi ini memang sudah terjadi sejak lama dan terus berulang, sebagaimana permusuhan abadi yang tidak pernah damai selamanya antara yang haq dan yang batil. Dan jangan coba-coba untuk mendamaikan antara kebenaran dan kebatilan, karena jika itu dilakukan maka bisa jadi berada dalam kemunafikan jiwa atau promotor kemunafikan.
Pengikut Nabi selamanya tidak akan bisa didamaikan dengan pengikut setan di muka bumi ini.
Tentu antara kebenaran dan kebatilan ada batas toleransi yaitu lakum dinukum wa liya diin (Untukmu agamamu dan untukku agamaku).
Terkait penghinaan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَٰتِ ۖ إِن (١١٨) كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Q.S. Ali Imran (3) : 118).
Atas nama toleransi janganlah terlalu naif atas nama demokrasi, kamu memilih orang kepercayaanmu dari orang yang tidak seiman dengan kamu. Karena mereka tidak akan berhenti membuat kemudharatan kepada kamu. Dan dalam benak mereka, yang mereka inginkan dari kamu adalah kesusahan.
Hikmah penting dari pada ayat tersebut adalah jangan serahkan hal-hal penting dalam kehidupanmu terutama yang terkait dalam urusan agama kepada orang yang tidak beriman.
Dan jika pada urusan yang tidak penting dan tidak terkait pada urusan agama, ini tidak masalah, karena setiap manusia pasti ada manfaatnya walaupun ia masih kafir. Dan kita harus bertoleransi di dalam kehidupan ini. Dan di Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim sudah menunjukkan toleransinya.
Dalam surah Fushshilat tentang penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam adalah pengulangan. Dan pengulangan ini juga sebagai bentuk permusuhan yang tidak pernah berakhir sampai hari Kiamat.
Dan perlu diingat, Nabi yang dihina tidak akan pernah hina. Selamanya para Nabi itu agung. Para sahabat dalam menghadapi penghinaan terhadap Nabi, maka mereka semakin cinta dan loyal kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Sebagaimana Umar radhiyallahu `anhu yang siap memenggal orang yang tidak mempercayai Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, walaupun pada akhirnya hal tersebut dilarang oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Orang-orang yang senantiasa memuliakan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam di tengah penghinaan seseorang kepada beliau dan berpihak kepada pihak yang benar, maka ia akan mendapatkan kemuliaan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
(٤٣) مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِن قَبْلِكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ
“Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih.” (Q.S. Fushshilat (41): 43).
Ketika Nabi ada yang menghina, maka ada dua pilhan. Ketika kita berpihak kepada Nabi maka kita akan mendapatkan ampunan dan kemuliaan. Dan jika kita berada di pihak yang mendukung penghina Nabi, maka akan berhadapan dengan siksaan yang pedih.
Kebencian musuh-musuh nabi, lebih kepada risalah yang dibawa oleh Nabi, dan nabi sang pembawa risalah menjadi pusat cacian mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
(٤١) وَإِذَا رَأَوْكَ إِن يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَٰذَا ٱلَّذِى بَعَثَ ٱللَّهُ رَسُولًا
“Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul?” (Q.S. al-Furqan (25) : 41).
Kenapa mereka marah terhadap Alquran? Karena Alquran menampakkan kebohongan mereka dan apa yang mereka katakan atas nama kitab suci mereka. Dimulai dari konsep ketuhanan mereka yang dibongkar kebohongannya di dalam Alquran al-Karim.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa setia kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam dalam menang maupun kalah. Karena biasanya penghinaan kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam itu ketika kaum muslim dalam jumlah yang minoritas.
Dan Alhamdulillah beberapa perusahan besar sudah memboikot produk negeri penghina Nabi. dan mereka mengatakan bahwa hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
Dan Alhamdulillah, ada pemerintah daerah di Indonesia yang menstop investasi dengan India. Semoga keberpihakan tersebut menunjukkan kemuliaan orang yang memuliakan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.*