Merendahkan Nafsu, Meninggikan Ketaatan

Merendahkan Nafsu, Meninggikan Ketaatan

Oleh: KH. Bachtiar Nasir

Ummattv, Bismillahirrahmanirrahiim.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)." (Surat Al-A'la ayat 14).

Adapun orang yang mendapat manfaat dari peringatan dan menyucikan dirinya lahir dan batin, maka dia akan meraih apa yang dia inginkan; karena telah menyucikan diri, mengambil manfaat dari apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, dan mengerahkan segenap kemampuan untuk menyucikan dirinya.

Ada yang senantiasa melekat dalam diri, yang menjadi bagian dari identitas seorang manusia. Selain hati dan akal yang dikaruniakan-Nya kepada kita. Sesuatu itu adalah hawa nafsu. Hawa nafsu memang selalu berkonotasi negatif, akan tetapi, ia juga menjadi bagian yang membuat diri kita tetap bertahan hidup dan tergerak untuk mengubah keadaan. 

Nafsu memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Namun, waspadailah juga keadaan jiwa kita karena tidak pernah ada musibah yang menimpa kecuali yang berasal dari hawa nafsu kita. Oleh karena itu, janganlah pernah mau berdamai dengan nafsu yang akan mendorong kita pada jurang maksiat. Tidak akan pernah ada yang dimuliakan oleh dia kecuali setelah menghinakannya. Artinya, hidup kita akan mulia setelah kita berhasil menekannya dan menaruhnya dibawah kendali kita. 

Hawa nafsu itu akan memuliakan kita manakala mereka telah tunduk pada rambu yang mulia berupa aturan Alquran dan Sunnah. Dan, tiada ada yang bisa menguasainya kecuali setelah berhasil menundukkannya. Misalnya dengan berpuasa. Puasa itu menundukkan segala sesuatu yang berkaitan dengan maksiat. Bertilawah, zikir, dan qiyamul lail akan menundukkan hawa nafsu dan membuat kita mulia.

Tidak ada orang yang bisa beristirahat dari hawa nafsunya. Oleh karena itu, kita harus membuat hawa nafsu ini tidak bertenaga atau kita yang akan diperbudak dan lelah oleh perintah-perintahnya. Lelahkan dia, maka jiwa dan tubuh kita akan bisa istirahat dan tenang.

Tidak akan pernah merasa aman diri kita kecuali membuat hawa nafsu “takut” pada kendali kita. Buat mereka bersedih, maka kita akan bahagia. Caranya adalah dengan tidak menurutinya. Percayalah bahwa tidak mengikuti nafsu maksiat atau tidak mengikuti gaya hidup yang memperturutkan nafsu, tidak akan membuat hidup kita ketinggalan zaman. Hidup kita justru akan lebih tenang dan mampu membaca dengan jelas, apa yang sebenarnya kita tuju. 

Mengenali apa yang sebenarnya kita tuju dalam hidup akan membuat kita dengan mudah membaca arah kemana kita harus melangkah dan tindakan apa yang dapat membuat kita sampai pada tujuan dengan selamat. Baik dunia maupun akhirat. 

Dalam bekerja, kenali untuk apa sebenarnya kita melakukan hal tersebut; dalam berumah tangga kenali untuk apa tujuan kita menikah dan mendidik anak; dalam bersosialisasi, kenali untuk apa kita bergabung. Mengenali tujuan akan melindungi diri dari ketersesatan dan kesia-siaan. 

Apabila dalam perjalanan, kemudian datang rintangan atau kesulitan menghadang, maka ucapkanlah terlebih dahulu, “Alhamdulillah ‘Ala Kulli Hal”. Artinya, segala hal yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah hal yang harus disyukuri. Bila saat ini ada musibah dan kesulitan yang datang, tidak lain semua itu adalah akibat perbuatan dan kesalahan yang kita perbuat sendiri. 

Perbuatan Manusia

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Surat Asy Syura ayat 30).

Apa yang ditimpakan kepada kita berupa kesulitan atau musibah, sebenarnya hanya sebagian kecil dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat dan kita lalai memohonkan ampunan-Nya. Sesungguhnya, Dia lebih banyak menyimpan aib dan mengamankan diri kita dari setiap akibat kesalahan kita sendiri. 

Musibah itu akan menimpa sesuai dengan dosa perbuatan kita. Apa yang dimaafkan kepada kita jauh lebih besar dari apa yang ditimpakan berupa musibah. Kalau ditimpakan semua balasan atas dosa dan kelalaian, pastilah kita tidak akan kuat. Ditimpakan sedikit, tujuannya agar kita sadar. 

Bila waktunya kesedihan menimpa atau mendapat keburukan itu datang, zikir Alhamdulillah ‘Ala Kulli Hal, dengan izin-Nya akan mengangganti segala kesulitan dan musibah menjadi rahmat dari-Nya. Karena, Allah mengikuti perasangka kita.

Mengikuti kecemasan dan dikejar ketakutan akan segala hal yang belum tentu terjadi, sama dengan berburuk sangka kepada Allah Azza wa Jalla dan membuat hantu di dalam pikiran kita sendiri. Sadarilah bahwa hari ini adalah hari kita berada, kemarin sudah berlalu, dan hari esok masih menjadi rahasia-Nya.  Apa yang kita sangkakan kepada Allah dan kita upayakan, maka itulah yang terjadi hari ini. 

Kita harus senantiasa berpikir positif terhadap kesulitan yang kita hadapi. Antara takut dan cemas kalau amal shaleh kita tidak diterima. Bergantung saja pada rahmat Allah. Hidup dengan Alquran sesungguhnya akan membuat ringan dan tidak terbebani. Kita lebih memahami maksud Allah Ta'ala dan lebih fokus untuk mengharap ridha-Nya saja. Karena, membuatnya ridha dengan ikhlas beribadah untuk-Nya; sebenarnya hanya itu tugas kita di dunia.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :