Peran Pemuda Menjaga NKRI

Peran Pemuda Menjaga NKRI

Oleh:

Ustaz Zaitun Rasmin



1. PERSIAPAN FISIK


Apabila NKRI mengalami ancaman serius, misalnya serangan dari luar, maka para pemuda harus berada di garis terdepan.


Pemuda harus mengerahkan segala potensinya. Dengan jiwa maupun raganya.


Dahulu Indonesia pernah memiliki Tentara Pelajar.


Bukan tidak mungkin hal seperti ini terjadi di zaman  modern. Kita bisa lihat bagaimana perlakuan Amerika terhadap Afghanistan dan Iraq. Isrel mencaplok Palestina. Penindasan etnis Rohingya di Myanmar. Penindasan muslim Uyghur di China, dall.


Kita tidak bisa hanya mengandalkan TNI. Tidak cukup.


Kesiapan fisik harus terus diasah. Beladiri, ketangkasan memanah, berkuda, dll.


Betul bahwa dalam perang fisik faktor pentingnya adalah kelengkapan persenjataan. Namun bukan berarti kesiapan fisk tidak penting. Justru ini hal paling mendasar. 


Ini sesuai dengan tuntunan dalam ajaran Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memotivasi para shahabat untuk belajar berenang, memanah, dan berkuda.


HILMI harus menjadi pelopor dalam menggelorakan kembali semangat ini kepada seluruh pelajar di Indonesia.



2. SEMANGAT JUANG


Selain fisik, perlu kesiapan jiwa. Semangat juang harus terus digelorakan.


Ciri mukmin sejati adalah memiliki kesiapan berjuang.


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

(QS. Al Hujurat: 15)



3. PERSIAPAN ILMU


Setelah kesiapan fisik dan semangat juang, berikutnya persiapkan ilmu.


Para pelajar muslimlah yang bisa diharapkan untuk terus belajar. Jika para pelajar muslim tidak mau belajar, kepada siapa lagi kita berharap?


Terus belajar. Banyak membaca. Problem serius kita hari ini adalah lemahnya semangat membaca.


"Qiimatul mar'i maa yuhsinuhu."

Nilai seseorang itu terletak pada apa yang menjadi kepakarannya.


Sebagai contoh, kita bisa lihat Ust. Bendri. Apa yang beliau capai saat ini, tentu bukan sesuatu yang instan. Ada proses pematangan selama dua puluhan tahun mungkin.


Secara skill, para pelajar muslim perlu belajar men-deliver ide. Harus belajar cara berbicara (public speaking, debat, dll) dan harus menguasai media. Ini penting agar kita tidak mudah dibodohi.



4. PERSATUAN


HILMI harus memiliki perhatian terhadap persatuan. 


HILMI harus hadir di seluruh Indonesia. Gelorakan kembali pelajar di seluruh penjuru Nusantara.

Sebelumnya :
Selanjutnya :