Perisai Badar mengemban misi ganda: sebagai sarana dakwah serta pembinaan karakter generasi muda melalui seni bela diri.
MAKASSAR UMMATTV.COM – Di tengah derasnya arus modernisasi, lahir sebuah perguruan bela diri yang tak hanya berakar pada budaya lokal, tetapi juga mengusung nilai-nilai keislaman sebagai fondasi utamanya. Perguruan Silat Perisai Badar—yang dilahirkan dari rahim Wahdah Islamiyah—hadir sebagai bentuk ikhtiar mencetak generasi tangguh, berakhlak, dan siap menjaga marwah bangsa.
Kisah Perisai Badar bermula lebih dari satu dekade silam. Ustaz Ir. Hidayat Hafid, salah satu pendiri dan kini menjabat sebagai Ketua Umum Perguruan, menceritakan bahwa cikal bakal kegiatan Perisai Badar sudah dimulai sejak sekitar tahun 2008. Kala itu, ia bersama beberapa tokoh silat dan kader Wahdah Islamiyah mencoba merintis pembinaan bela diri di kalangan remaja dan pemuda Muslim.
“Awalnya hanya kegiatan sederhana, belum resmi. Namun seiring waktu kami sadar pentingnya legalitas. Kami sempat mendaftarkan dengan nama Sang Al Badar, tapi terkendala karena nama serupa sudah ada. Kami lalu susun kembali secara formal dengan akta notaris dan kini Alhamdulillah sudah approved di Kemenkumham,” ujar Hidayat.
Perisai Badar mengemban misi ganda: sebagai sarana dakwah serta pembinaan karakter generasi muda melalui seni bela diri. Tak hanya mengajarkan teknik silat, tetapi juga membentuk mental, spiritual, dan tanggung jawab sosial anggotanya. Perguruan ini juga mendapatkan dukungan kuat dari Wahdah Islamiyah, salah satu ormas Islam yang kini memiliki lebih dari 250 DPD di seluruh Indonesia.
Silat sebagai Dakwah dan Pembentukan Generasi
Nama besar pendiri dan pembina seperti Ir. Ridwan Saleh, seorang pendekar sekaligus kreator aliran silat khas Makassar, menjadi warna penting dalam sejarah Perisai Badar. Gerakan-gerakan yang dirumuskan dalam silabus, buku saku, hingga video teaching menunjukkan keseriusan dalam membangun sistem pelatihan yang terstandar dan dapat diwariskan lintas generasi.
“Kita ingin Perisai Badar bukan hanya melestarikan seni silat, tapi juga menjadi wadah pengembangan karakter generasi muda. Kita ingin menghindarkan mereka dari pergaulan negatif seperti narkoba dan tawuran, lalu mengarahkan pada kegiatan positif dan membangun,” jelas Hidayat.
Silat dalam Perisai Badar tidak hanya bersifat tradisional. Kini, paradigma baru sedang dikembangkan: gabungan seni, bela diri praktis, dan kearifan lokal. Jurus-jurus khas dari berbagai daerah seperti Cimande, Pamacan, maupun silat kampung dari Sumatera dan Sulawesi diakomodasi dan dilestarikan.
Perisai Badar juga mengembangkan sistem tarung dan bela diri praktis, sebagai respon atas kebutuhan zaman. Menurut Hidayat, pendekatan ini membuat Perisai Badar terbuka bagi siapa saja, bahkan bagi mereka yang berlatar belakang bela diri lain seperti karate atau kungfu.
Perjalanan yang Tidak Selalu Mulus
Seperti halnya perguruan lainnya, perjalanan Perisai Badar tidak selalu mulus. Sempat mengalami pasang surut, terutama dalam hal struktur organisasi dan konsolidasi daerah. Namun kini, dengan semangat baru dan dukungan Wahdah Islamiyah, Perisai Badar mulai bangkit. Di Sulawesi Selatan sendiri, cabang-cabang sudah terbentuk di Makassar, Gowa, Takalar, Bulukumba, Pangkep, dan Wajo.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Pangkep. Di daerah ini, tidak ada guru silat sebelumnya. Namun berkat semangat aktivis Wahdah, latihan dimulai dari nol. Setelah empat hingga lima bulan, mereka berhasil melaksanakan ujian sabuk dan membentuk komunitas latihan yang aktif—bahkan saat bulan Ramadan sekalipun.
“Kisah di Pangkep itu jadi bukti semangat luar biasa. Tak ada pelatih profesional, tapi ada niat. Sekarang mereka rutin latihan dan sudah ada siswa yang naik tingkat. Ini membahagiakan,” kenang Hidayat.
Harapan dan Langkah ke Depan
Target jangka panjang Perisai Badar adalah menjangkau seluruh provinsi dan kabupaten di Indonesia, termasuk membentuk cabang di wilayah strategis seperti Jabodetabek, Jawa Barat, Kalimantan Timur, hingga Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
Dengan proyeksi 500 DPD Wahdah Islamiyah pada tahun 2030, dan jika setiap cabang mampu mencetak 400 murid, maka jumlah anggota aktif Perisai Badar bisa menembus angka 200.000 murid. Jumlah itu akan menjadikan Perisai Badar sebagai salah satu perguruan silat dengan basis komunitas terbesar di Indonesia—dan semuanya dibina dalam semangat Islam yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.
“Kami ingin menjadi bagian dari ketahanan bangsa. Melalui silat, kami ingin membentuk pemuda yang tangguh, berwawasan kebangsaan, dan memiliki visi hidup Islami. Ini bukan sekadar latihan fisik, tapi proyek peradaban,” pungkas Hidayat.
Artikel diatas wawancara dengan ustadz Ir. Hidayat Hafid di masjid WihdatulUmmah di Makassar, kisah perjalanan mengawal dan mendampingi Perisai Badar mulailahir hingga saat ini.
B