Menurut Syaikh Dr. Ibrahim bin Muhammad al Huqail di antara sunah yang dijauhi orang terkait dengan rumah adalah membuat masjid di dalam rumah.
Tahukah anda, membuat mushola di rumah adalah sunnah? Ya, membuat ruangan khusus sebagai mushola di dalam rumah merupakan sunnah yang hari ini banyak terlupakan. Di kalangan salaf, hal ini merupakan sesuatu yang lazim. Terdapat banyak riwayat hadits mengenai hal itu.
Semua hal terkait mushola di rumah, akan kami bahas di artikel ini
Pengertian dan Landasan Syar’I Membuat Mushola di Rumah
Menurut Syaikh Dr. Ibrahim bin Muhammad al Huqail di antara sunah yang dijauhi orang terkait dengan rumah adalah membuat masjid di dalam rumah. (Ed: Di Indonesia, ini disebut mushola. Baca: pengertian masjid dan mushola)
Maksudnya adalah membuat satu ruang khusus di rumah yang dipakai sebagai masjid untuk shalat nawafil di dalamnya, membaca al qur’an, tempat shalat para wanita dan anak-anak yang tidak mendapati shalat jamaah. Ini merupakan sunnah yang masyhur di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Asal dari masjid rumah adalah riwayat dari Itban Al Anshari radhiyallahu ‘anhu ketika matanya mulai melemah penglihatannya lalu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang sudah lemah penglihatan sedangkan genangan-genangan dari saluran air sering menghalangi antara aku dan masjid kaumku. Bila berkenan, bisakah Anda datang berkunjung lalu shalat di rumahku pada suatu tempat yang akan aku jadikan masjid.” Maka Beliau berkata, “Aku akan datang, Insyaallah.”… [HR Al Bukhari no. 795].
Al Bukhari rahimahullah Ta’ala telah membuat satu bab berdasar hadits ini. Beliau berkata,”Bab: Al Masaajid fil Buyut /Bab: Masjid di dalam Rumah”.[1]
Dari Abdullah bin Syaddad, dia berkata, aku mendengar bibiku Maimunah, istri Nabi sallallahu alaihi wa sallam berkata:
أَنَّهَا كَانَتْ تَكُونُ حَائِضًا لا تُصَلِّي ، وَهِيَ مُفْتَرِشَةٌ بِحِذَاءِ مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَهُوَ يُصَلِّي عَلَى خُمْرَتِهِ ، إِذَا سَجَدَ أَصَابَنِي بَعْضُ ثَوْبِهِ (رواه البخاري، رقم 333)
“Waktu itu beliau haid tidak shalat, dan sedang duduk di sisi masjid Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam. (Sementara) beliau sedang shalat di masjidnya. Kalau beliau sujud, sebagian bajunya menyentuhku.” (HR. Al Bukhari, no. 333)
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Yang tampak, bahwa maksud Maimunah dalam hadits ini adalah masjid (yang ada) di rumah Rasulullah sallallahu’alihi wa sallam, tempat beliau shalat di dalamnya yang berada di rumahnya. Karena Maimunah tidak duduk kecuali di sisi masjid ini, dan yang dia maksud –wallahu’alam- bukanlah Masjid Al-Madinah (Masjid Nabawi).” (Fathul Bari, 1/550)
وعَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ الأَنْصَارِيِّ : (أَنَّ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ كَانَ يَؤُمُّ قَوْمَهُ وَهُوَ أَعْمَى ، وَأَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! إِنَّهَا تَكُونُ الظُّلْمَةُ وَالسَّيْلُ ، وَأَنَا رَجُلٌ ضَرِيرُ الْبَصَرِ ، فَصَلِّ يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي بَيْتِي مَكَانًا أَتَّخِذُهُ مُصَلَّى ، فَجَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ ؟ فَأَشَارَ إِلَى مَكَانٍ مِنْ الْبَيْتِ ، فَصَلَّى فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) رواه البخاري (667) ، ومسلم (33)
Dari Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshari, sesungguhnya Itban bin Malik biasanya mengimami kaumnya sementara dia buta, maka dia berkata kepada Rasulullah sallallahu’alaih wa sallam:
“Wahai Rasulullah! Sesungguhnya (kondisinya) gelap gulita dan banjir (hujan). Sementara saya adalah orang buta, maka tolong shalatlah wahai Rasulullah di rumahku, di suatu tempat yang akan saya jadikan sebagai tempat shalat (mushalla).”
Lalu Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam datang dan bersabda: ”Di mana (tempat) yang anda sukai? Maka dia menunjukkan pada suatu tempat di rumah. Dan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam shalat di tempat itu.” (HR. Al Bukhari, 667 dan Muslim, 33)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, ”Dalam hadits tersebut (terdapat petunjuk) bahwa tidak mengapa senantiasa shalat pada tempat tertentu di rumah. Adapun adanya hadits yang melarang membuat tempat (khusus) di masjid adalah karena dikhawatirkan riya atau semisalnya.” (Syarh Muslim, 5/161)
Gambar 99.com
Hukum Mushola di Dalam Rumah
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Masjid-masjid rumah adalah tempat-tempat shalat di rumah. Dahulu merupakan kebiasaan para salaf menjadikan (salah satu ruangan) rumahnya sebagai tempat khusus untuk shalat di dalamnya.
Namun, masjid-masjid ini tidak terkait dengan hukum masjid –yang dijadikan wakaf- maka tidak harus menjaga dari najis, janabat dan juga wanita haid. Ini adalah mazhab di kalangan kami dan kebanyakan para ahli fiqih.
Adapun menunaikan shalat jama’ah di mushola di dalam rumah, tidak mendapatkan keutamaan (seperti) shalat di masjid. Hukumnya sama seperti hukum orang yang menunaikan shalat di rumahnya secara berjama’ah tetapi tidak datang ke masjid.
Kesimpulannya, selayaknya tempat yang disediakan untuk shalat dalam rumah ini dihormati, dibersihkan serta disucikan. At-Tsauri berkata terkait dengan masjid yang dibangun di dalam rumah, ‘Ditinggikan sedikit tapi tidak terlalu tinggi, dan dikosongkan untuk shalat, jangan menempatkan sesuatu pun di dalamnya.” (Fathul Bari, Ibnu Rajab, 2/ 377-380)[2]
Secara Ringkas:
Fungsi Mushola di dalam Rumah
Membuat mushola di dalam rumah itu mudah. Ia memiliki banyak fungsi yang sangat bermanfaat bagi keluarga seorang Muslim. Ini sebagaimana ditegaskan oleh Dr. Raghib As Sirjani. Di antaranya:
Sebagai pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sudah selayaknya kita menghidupkan sunah membuat satu ruangan di rumah sebagai mushola. Ia memberikan pengaruh besar terhadap sebuah keluarga, baik kepala keluarganya, istri, anak dan bahkan rumahnya.
Sumber : PabrikJamMasjid.com
Artikel ini didukung oleh mushammim.com dan Mushammim TV (jasa desain bangunan yang terpercaya)
Tags: Mushallah, Rumah