Secuil Takwil Kitab Tadbir Al-Mutawahhid

Secuil Takwil Kitab Tadbir Al-Mutawahhid

Oleh: Yons Achmad

(Kolumnis, tinggal di Depok)

Ummattv, Apa kitab yang cocok bagi penyepi, penyendiri, penyuka sunyi? Saya akan bocorkan salah satu kitabnya. Sebuah kitab yang kabar baiknya sudah diterjemahkan  ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Turos Pustaka.  Kalau kau mahir Bahasa Arab, bacalah naskah aslinya. Kitab ini  berjudul “Tadbir Al-Mutawahhid” karya Ibn Bajjah, seorang filsuf muslim pertama Spanyol.

Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin as-Sa’igh yang lahir di Saragossa, Spanyol pada 1110 M dan tutup usia di Maroko pada Ramadhan tahun 1185 M. Pemikirannya terhampar dalam banyak karya, seperti Risalah Ittisal al-‘Aql bil-Insan, Kitabun Nafs, Tadbirul Mutawahhid, Risalah Ittisal, dan Risalatul Wada. Kitab-kitab ini banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibaca secara luas di Eropa. Dalam literasi Barat, Ibnu Bajjah dikenal sebagai Avempace.

Saya bisa mendapatkan dan membaca buku ini karena kebaikan seorang teman. Namanya Lukman Hakim, lulusan Pesantren Gontor dan Filsafat UGM. Pengelola Penerbit Turos Pustaka. Kebetulan waktu itu kami sama-sama diundang dalam talkshow seputar literasi di TV Muhammadiyah. Selesai acara, saya dihadiahi buku ini. Saya penikmat filsafat. Tentu dengan senang hati menerimanya.  Jujur, saya betul-betul kesulitan memahami buku ini. Rumit. Hanya secuil saja yang bisa saya renungi.

Secara semena-mena agar gampang memahami maknanya, Tadbir diartikan sebagai sebuah manajemen pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan oleh diri manusia. Sedangkan Al-Mutawaḥḥid berarti manusia penyendiri atau manusia soliter. Nah, kitab ini saya kira bisa menjadi teman bagi mereka: orang-orang yang suka menyendiri, tak suka hiruk pikuk keramaian. Manusia soliter yang kadang begitu kesepian. Termasuk di dalamnya, saya sendiri. Ya, katakanlah kitab ini memang berisi tentang manajemen  manusia penyendiri. 

Layaknya manusia, selalu merindukan kesempurnaan, hidup sesuai dengan yang dia idamkan. Nyatanya, dunia tak selalu begitu. Di sini hadir pilihan, ikut arus, larut dalam trend-trend  masyarakat banyak, atau menarik diri dari dunia semacam ini. Menggambarkan manusia yang secara sadar melakukan demikian, Ibn Bajjah menyebutnya sebagai Al-Mutawahhid. Orang-orang Mutawahhid oleh Ibnu Bajjah juga disebut Nawabit, yaitu orang-orang yang menuju paripurna, tetapi berada pada lingkup sosial yang tidak sempurna. Para Nawabit inilah yang disebut para penyendiri (Al-Mutawahhid). Mereka melakukan uzlah untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya.

Al-Mutawahhid dapat dikatakan sebagai wujud manusia pesimistis atas kondisi sosial, dan juga dapat disebut egois karena hanya mengupayakan tujuan pribadinya, bukan tujuan kebaikan bersama. Mereka adalah kelas sosial yang sebenarnya memiliki kemampuan teoritis mumpuni, tetapi terasing oleh dunia modern yang serba materialis. Karena pandangan dunia ideal mereka tidak dapat direalisasikan, sedangkan mereka tidak mungkin berkompromi, maka mereka memilih uzlah atau menyepi. Ibnu Bajjah menggunakan istilah “uzlah falsafi” yang pada prinsipnya menyendiri dengan lebih memaksimalkan pendekatan hati dan akal.

Al-Mutawahhid pada dasarnya juga salah satu sifat Allah, merupakan sesuatu yang tunggal dan berdiri sendiri. Manusia ternyata juga ada yang semacam ini. Saya membayangkan misalnya seorang sosok bernama Sayyid Qutb, juga manusia penyendiri, bahkan tidak menikah, sampai digantung pada akhir hayatnya oleh rezim pemerintah Mesir waktu itu. 

Tapi, sosok penyendiri ini tidak diam. Dalam sunyi, karya-karya besar lahir. Tafsir “Fi Zilalil Quran” (Di Bawah Naungan Quran) adalah  salah satu karya terbaiknya. Menjadi manusia penyendiri, tentu menjadi pilihan yang tidak buruk-buruk amat. Hanya sekadar menarik diri sejenak Tapi kemudian hadir dihadapan khalayak mewarnai dunia dengan khazanah pemikiran dan karya-karya mencerahkan dalam segala bentuknya. Tak hanya misalnya karya buku, tapi tentunya karya-karya dari temuan terbaik beragam inovasi. Semuanya itu  tak lain tak bukan untuk menghadirkan kebahagiaan. Juga tentunya untuk membuat dunia lebih indah dari sebelumnya. []

SEMEJA Library. 13 Agustus 2023.

Sebelumnya :
Selanjutnya :