Sekolah, Surga Kecil Tempat Bunda Warti Berdakwah

Sekolah, Surga Kecil Tempat Bunda Warti Berdakwah

"Mendidik dengan Cinta, Berdakwah Lewat Al-Qur’an: Kisah Bunda Warti merintis dan mengembangkan SDIT Al Munawwaroh Jalan Wanayasa KM 10 " Balikpapan

"Mendidik dengan Cinta, Berdakwah Lewat Al-Qur’an: Kisah Bunda Warti dari Al Munawwaroh"

 

Balikpapan  Ummatv.com Di usia 62 tahun, semangat Bunda Warti tak surut sedikit pun dalam menjalani dakwahnya melalui dunia pendidikan. Kepala Sekolah di Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Munawwaroh yang berlokasi di Jalan Wanayasa Km 10 RT 43 Kelurahan Karang Joang kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan. Dari Balikpapan ini memancarkan dedikasi dan cinta luar biasa kepada murid-muridnya. Dalam kunjungan tim UmmatTV Group, Bunda Warti berbagi kisah menginspirasi tentang cara uniknya mendidik generasi Qurani.

Kurikulum Hati, Bukan Sekadar Buku

“Kalau kurikulum dari dinas itu sudah ada, tapi di sini kita punya kurikulum khas—kurikulum hati,” ujar Bunda Warti membuka pembicaraan.

Di Al Munawwaroh, pembelajaran dimulai sejak pukul 07.30 dengan kegiatan opening berupa hafalan ayat-ayat Al-Qur’an. Khusus hari Jumat, para siswa menghafal hadis Rasulullah lengkap dengan perawinya. Metode pembelajaran Al-Qur’an di sekolah ini menggabungkan pendekatan tilawati, tadarus, dan tahsin, dengan penekanan pada tajwid dan pemahaman makna.

Satu Huruf, Sepuluh Kebaikan

Bunda Warti mengajarkan murid-muridnya untuk menghitung setiap huruf dalam bacaan Al-Qur’an. Baginya, ini bukan sekadar hitung-hitungan, tapi cara konkret untuk menanamkan keyakinan bahwa “setiap huruf bernilai sepuluh pahala.”

Ia memberi contoh bagaimana surat Al-Kautsar dijabarkan huruf per huruf, lalu dikaitkan dengan pahala dari Allah. “Kalau kamu baca satu ayat, hitung hurufnya, dan pahami maknanya, kamu akan sadar betapa besar hadiah dari Allah,” ujarnya penuh semangat.

Menjadi Guru Adalah Amanah

Meski usia sudah tak muda, Bunda Warti tetap enerjik, bahkan lebih dari sebagian guru muda. Ia menyadari bahwa anak-anak zaman sekarang membutuhkan guru yang tidak hanya sabar, tapi juga penuh strategi.

“Ngajar itu nggak boleh loyo. Anak-anak itu maunya main, makan, tidur. Tugas kita sebagai guru adalah membuka mindset mereka,” katanya tegas. Ia menambahkan, “Kalau saya lelah, saya ingat bahwa Allah yang menilai semua usaha ini.”

Lebih dari sekadar mendidik, Bunda Warti menanamkan akhlak dan nilai hidup. Dalam setiap pelajaran, ia menghubungkan isi Al-Qur’an dengan kehidupan nyata anak-anak. “Kalau kamu ingin jadi anak pintar, hebat, cantik, minta sama Allah. Nggak usah pamer-pamer. Semua dari Allah,” nasihatnya kepada para siswa.

Tak hanya kepada murid, pesan serupa ia sampaikan kepada para guru dan orang tua. Menurutnya, pendidikan adalah kerja kolaboratif antara guru, siswa, dan keluarga dengan Allah sebagai pusatnya.

Dakwah yang Mengalir dari Hati

Bunda Warti juga mengingatkan bahwa niat adalah fondasi utama. “Kalau kamu ke sini cari gaji, ya itu yang kamu dapat. Tapi kalau kamu ke sini karena Allah, insyaallah kamu akan dapat yang lebih besar,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia bercerita bagaimana dirinya pernah mendapat hadiah umrah pada 2010 karena dedikasinya. Lima tahun kemudian, ia kembali berangkat umrah bersama suami dengan tabungan sendiri. “Semua itu karena Allah mudahkan,” katanya.

Menjadi “Bunda” Bagi Semua

Di sekolah, ia dikenal sebagai “Bunda”. Meski sudah punya cucu yang lulus SD, ia tetap ingin dekat dengan murid-muridnya, bukan hanya sebagai pendidik tapi sebagai sosok ibu.

“Di rumah saya nenek, tapi di sini saya bunda. Karena mereka butuh kasih sayang. Anak-anak akan nurut kalau mereka merasa dihargai,” tuturnya lembut.


Humanisme dalam pendidikan, seperti yang ditunjukkan Bunda Warti, adalah bukti bahwa dakwah bisa hadir dalam bentuk yang paling sederhana dari satu huruf Al-Qur’an, dari satu jam pelajaran, dari satu sapaan penuh kasih. Di tangan para guru seperti Bunda Warti, masa depan generasi Qurani sedang dibentuk, bukan hanya dengan ilmu, tapi juga dengan cinta.

Sebelumnya :