Waktu Shalat Tarawih
Waktu shalat Tarawih/Lail adalah sesudah shalat Isya’ hingga terbit fajar. Sabda Rasulullah:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ زَادَكُمْ صَلاَةً فَصَلُّوهَا فِيمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الصُّبْحِ الْوَتْرُ الْوَتْرُ
“Sesungguhnya Allah telah menambahkan kepada kalian sebuah shalat antara (sesudah) shalat Isya’ hingga (masuknya) shalat Shubuh, yaitu Witir..Witir.” (HR. Ahmad 6/397 no: 27272. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan dalam Musnad Imam Ahmad: hadits shahih)
Afdhalnya, shalat Tarawih dikerjakan pada akhir malam namun jika terjadi masalah antara shalat di awal malam secara berjama’ah ataukah shalat di akhir malam secara sendiri, maka shalat di awal malam secara berjama’ah lebih afdhal. (Al-Mugni I/833).
Jumlah Raka’at Shalat Tarawih
Jumlah raka’at shalat Tarawih tidak ada batasannya. Rasulullah bersabda:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى
“Shalat Lail itu dua raka’at, dua raka’at...” (HR. Al-Bukhari I/313 no: 990 dan Muslim I/516 no: 749).
Namun afdhal dengan sebelas raka’at dengan tetap memperbanyak bacaan tiap raka’at dan jika tidak mampu, maka afdhal memperbanyak raka’at.
‘Aisyah berkata:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ، وَلاَ فِى غَيْرِهَا عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Adalah Rasulullah tidak pernah menambah di bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya dari 11 raka’at.” (HR. Al-Bukhari II/61 no: 2013 dan Muslim I/508 no: 736)
Namun khabar dari ‘Aisyah ini tidaklah merupakan batasan maksimal shalat Tarawih yang tidak boleh ditambah, karena khabar tersebut sekedar menceritakan tentang jumlah raka’at yang selalu dikerjakan oleh Nabi r dan adalah beliau jika mengerjakan suatu shalat selalu melaksanakannya secara dawam (kontinyu) sebagaimana yang disebutkan oleh ‘Aisyah.
Nabi sendiri tidak pernah membuat batasan tertentu tentang jumlah raka’at shalat Tarawih harus 11 raka’at maupun bilangan lainnya. Nabi ketika ditanya tentang shalat malam hanya mengatakan: “Shalat malam dua raka’at, dua raka’at. Apabila kalian takut sudah (mendekati) shubuh maka shalatlah satu raka’at...” (Fatawa Lajnah Daimah VII/195 no: 3953)
Beberapa Kaifiyat (Tata Cara) Pelaksanaan Shalat Tarawih
Adapun Witir yang dikerjakan dengan tiga raka’at, maka tidak boleh duduk pada raka’at ke-2 lalu salam pada raka’at ke-3, karena cara tersebut sama dengan shalat Maghrib, padahal Nabi r bersabda:
وَلاَ تُشَبِّهُوا بِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ
“Dan jangan kalian serupakan (shalat Witir) dengan shalat Maghrib.” (HR. Ibnu Hibban no: 2429. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan dalam Shahih Ibnu Hibban VI/185: sanadnya shahih menurut syarat Muslim)
Karena itu barang siapa yang ber-Witir dengan tiga raka’at boleh dilakukan dengan dua cara:
Adapun yang melaksanakannya lebih dari 11 atau 13 raka’at, maka caranya dua raka’at-dua raka’at lalu menutupnya dengan Witir.
Jadi shalat Tarawih boleh dikerjakan dengan berbagai cara sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi r dan cara yang paling umum adalah mengerjakannya dengan dua raka’at-dua raka’at kemudian ditutup dengan Witir.*
Sumber: Buku Panduan Praktis Ramadhan, Penerbit Pustaka Belajar Islam
Didukung oleh Rumah Qur’an (RQ) Wahdah Jogja
IG: https://www.instagram.com/rumahquranwahdahjogja/