Sucikan Nama Tuhanmu (Bagian Dua)

Sucikan Nama Tuhanmu (Bagian Dua)

Maha tinggi Sifat-Nya, bahwa mustahil Allah memiliki sifat rendahan.

(Tadabbur QS. Al A'la (87):1)

(Bag.2)


Oleh : Dr. Samsul Basri


Allah, Azza Wa Jalla berfirman,

سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi,

Ada tiga poin penting untuk ditadabburi dari satu ayat yang mulia ini. Poin pertama dan kedua telah dituliskan pada bag. 1. Silahkan dibaca tulisan sebelumnya! Selanjutnya akan dituliskan poin ketiga. Penekanannya pada pendalaman makna "Bagaimana mensucikan Nama Allah yang Maha Tinggi?" 

Ketiga, bagaimana mensucikan nama Allah yang Maha Tinggi? 

Perhatikan dan renungi kembali perintah Sabbih isma rabbika al A'laa (Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi). Mari kita membedah satu demi satu kalimat di dalamnya. 

"Sabbih" adalah bentuk perintah untuk bertasbih. Tasbih mengandung dua makna, ta'dzhiim (Pengagungan) dan Tanziih (Penyucian). 

"Isma rabbika" (nama Tuhanmu), Di dalam tafsir Al Tahrir wa Al Tanwiir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Isma Rabbika menunjukkan kepada dzat dan semua sifat-Nya al Jalaalah (yang Maha Mulia dan Maha Tinggi) yaitu Allah. 

"Al A'laa" yang Maha Tinggi. Maksudnya bahwa Allah Maha tinggi dalam tiga hal. Maha Tinggi Dzat-Nya; Maha Tinggi Sifat-Nya dan; Maha Tinggi kemampuan-Nya. 

Maha Tinggi Dzat Allah karena Dia bersemayam di atas Arsy. Tetapi jangan artikan "atas" sebagai tempat, karena "atas" tidak selalu bermakna tempat. Ketika anda mengatakan, "Bapak presiden di atas menteri." tentu anda tidak sedang memaksudkan kata "atas" sebagai tempat, melainkan kedudukan, kemuliaan dan ketinggian. Karena Allah Maha tinggi dzat-Nya maka wajib diingkari keyakinan batil yang ada di masyarakat, yaitu keyakinan "Wihdatul wujud" Allah akan menyatu dengan hamba-Nya jika sang hamba dalam raihlah dzikirnya telah sampai pada derajat Hakekat.

Maha tinggi Sifat-Nya, bahwa mustahil Allah memiliki sifat rendahan. Sifat rendahan seperti sifat pengecut, bakhil, ingkar janji, lemah, pelupa, lalai, bodoh, menguap, mengantuk, dlsb, yang mungkin melekat pada manusia satu atau beberapa sifat tersebut, tetapi mustahil melekat kepada Allah sifat sifat rendahan seperti itu. Di dalam ayat kursi kita mengimani, "Laa ta'khudzuhu sinatun walaa naum" (Allah tidak ditimpa dengan "sinatun" -ngantuk- dan tidak pula "naum" - tidur-). Seorang pengemudi sangat berbahaya mengemudikan kendaraan dalam keadaan mengantuk apalagi sampai tertidur. Apa yang terjadi dengan alam semesta jika Allah tertimpa rasa kantuk dan tidur?! Tabrakan benda benda angkasa satu dengan yang lainnya.. Inilah rahasia mengapa semua yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Karena semuanya tunduk dalam kekuasaan dan kendali Allah Azza Wa Jalla. 

 يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana._ (Surat Al-Hasyr, Ayat 24).

Maha Tinggi kemampuan-Nya, bahwa Allah Maha mampu atas segala sesuatu. Jika ada seseorang yang melakukan sesuatu yang hebat, sesuatu yang luar biasa. Adalah wajar jika anda bertanya, "Bagaimana bisa?" karena pertanyaan "Bagaimana?" selain mengandung makna takjub, juga mengandung makna keraguan. Seorang anak 5 tahun melompat dari lantai 3  setinggi 10 meter tanpa ada cedera sedikit pun pada fisiknya. Tentu anda akan bertanya, "Bagaimana mungkin?" "Bagaimana bisa tidak cedera?" dlsb. Pertanyaan "Bagaimana?" wajar dialamatkan kepada manusia, karena kemampuan manusia yang terbatas. Tetapi jangan bertanya "Bagaimana?" kepada Allah, karena kemampuan Allah tidak terbatas. 

Ketika anda sedang ditimpa musibah buruk, apa pun jenis dan bentuknya, lalu anda berdoa memohon kepada Allah agar dihilangkan musibah tsb, jangan sekali pun  terbersit di hati anda "Bagaimana Allah menolong saya?" karena "Bagaimana?" mengandung makna keraguan. Siapa yang ragu maka ia akan kerap berputus asa dalam hidupnya. 

وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرّٖ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدۡكَ بِخَيۡرٖ فَلَا رَآدَّ لِفَضۡلِهِۦۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Surat Yunus, Ayat 107).

Karena itulah perintah "Sabbihisma Rabbika al A'la" adalah perintah untuk mengingat Allah sebanyak banyaknya dan mensucikan nama-Nya yang Maha Tinggi. Allah berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا

Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab, Ayat 41) 

وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا

dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. ( QS. Al-Ahzab, Ayat 42).

Banyak ayat memerintahkan untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Saya kutipan salah satu ayat yang lain, 

فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ حِينَ تُمۡسُونَ وَحِينَ تُصۡبِحُونَ

Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh), (Surat Ar-Rum, Ayat 17).

Tentu sebagai pendidikan imaniah bagi kita semua bahwa sebelum melakukan aktivitas apa pun di pagi hari hingga petang hari, awalilah dengan mensucikan nama Allah yang Maha Tinggi. Demikian pula aktivitas apa pun di waktu malam hari awalilah dengan mensucikan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia. 

Apa rahasia dan bagaimana implementasinya?! Ikuti kelanjutannya pada bag. 3 tulisan ini. 

~~ Bersambung ~~

Semoga Allah menghadirkan kecintaan dan kerinduan yang besar di hati-hati "kita" umat Islam, untuk selalu mentadabburi ayat ayat Allah yang Mulia. Dan semoga Allah tidak mengunci hati kita dari mentdabburi ayat-ayat-Nya. 

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ

Maka tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci? (Surat Muhammad, Ayat 24)

Sebelumnya :
Selanjutnya :