Harapan, keikhlasan, dan kejujuran adalah tiga nilai utama yang harus selalu ada dalam kehidupan seorang Muslim.
Oleh : Aswar Hasan
Tiga Hal yang tidak boleh hilang dalam hidup kita yaitu: Harapan, Keikhlasan, dan Kejujuran.
Hidup adalah ujian. Tak Ada kehidupan tanpa ujian. Dalam menjalani kehidupan, manusia sering menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Agar tetap teguh dan istiqamah di jalan yang penuh cobaan itu secara benar, ada tiga hal yang tidak boleh hilang dalam hidup kita, yaitu: harapan, keikhlasan, dan kejujuran. Ketiga nilai ini memiliki dasar dalam ajaran Islam, baik dalam Al-Qur'an maupun hadis Nabi Muhammad ﷺ.
1. Harapan (Raja')
Harapan adalah kunci bagi seseorang untuk tetap bertahan dan berjuang dalam hidup. Tanpa harapan, seseorang bisa jatuh dalam keputusasaan dan menyerah pada keadaan pasrah. Dalam Islam, harapan adalah bagian dari iman. Tak Ada iman bagi yang tak berharap, karena itu menunjukkan keyakinan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ
"Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah." (HR. Muslim No. 2877)
Hadis ini mengajarkan bahwa seorang Muslim harus selalu memiliki harapan kepada Allah, terutama saat menghadapi kesulitan dan menjelang akhir hayatnya. Allah juga berfirman dalam Al-Qur'an:
"Katakanlah: 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.'" (QS. Az-Zumar: 53) Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk berputus asa, karena rahmat Allah selalu terbuka bagi hamba-Nya yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
2. Keikhlasan (Ikhlas)
Keikhlasan adalah kunci dan merupakan faktor utama dalam ibadah dan amal perbuatan kita. Tanpa keikhlasan, amal seseorang bisa menjadi sia-sia karena dilakukan bukan karena Allah, melainkan untuk kepentingan duniawi atau pujian manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907).
Hadis ini mengajarkan bahwa semua amal harus dilakukan dengan niat yang tulus karena Allah agar diterima di sisi-Nya. Tanpa keikhlasan, amal seseorang bisa menjadi sia-sia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa mereka yang beramal untuk selain Allah akan mendapatkan balasannya di dunia tetapi tidak di akhirat (QS. Hud: 15-16).
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. [Qs. Hud (11): 15 – 16].
Terkait ayat di atas, Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini. Demikian itu karena mereka tidak dianiaya sedikit pun. Ibnu Abbas mengatakan, “Siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, ‘Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya, sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi’.”
Sementara itu, Qatadah mengatakan, “Siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu.”
3. Kejujuran (Shidq)
Kejujuran adalah dasar dari keimanan. Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu berkata dan bertindak jujur, karena kejujuran adalah jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan. Nabi ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
"Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga." (HR. Bukhari No. 6094, Muslim No. 2607).
Hadis ini menegaskan bahwa kejujuran adalah jalan menuju kebaikan dan surga. Sebaliknya, kebohongan akan membawa seseorang kepada kehancuran.
Kesimpulan
Harapan, keikhlasan, dan kejujuran adalah tiga nilai utama yang harus selalu ada dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan harapan, seseorang akan tetap optimis dan berprasangka baik kepada Allah. Dengan keikhlasan, setiap amal akan diterima dan bernilai di sisi-Nya. Sementara itu, dengan kejujuran, seseorang akan menjalani hidup dengan penuh berkah dan mendapat ridha Allah.
Semoga kita semua dapat menjaga dan mengamalkan ketiga nilai ini dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan cobaan itu, Aamiin. Wallahu a’lam bisawwabe.