Hidup dengan kejujuran akan membawa ketenangan hati karena terhindar dari rasa bersalah dan khawatir akan ketahuan berbohong.
Oleh Aswar Hasan
Dikisahkan Mubarak, bekerja di sebuah kebun delima milik seorang saudagar. Suatu ketika majikannya datang kepadanya, Dan berkata: “Aku ingin buah delima yang manis.” Mubarak bergegas menghampiri sebuah pohon delima dan memetik buahnya. Majikannya pun memaknnya, tetapi ternyata buah delima itu terasa asam. Ia marah, seraya berkata, “Aku minta yang manis tapi kamu kasih yang asam! Ambilkan aku yang manis!”
Mubarak pun segera berlari memetik delima dari pohon yang lain. Setelah dinikmati, ternyata rasanya sama saja, , majikannya itu pun tambah murka. Ia menyuruh memetik sebuah delima lagi untuk ketiga kalinya, tetapi rasanya makin kecut. Majikannya itu pun mengomel sembari berkata, “Apakah kamu tidak bisa membedakan mana yang manis dan mana yang asam?”
Mubarak menjawab, “Tidak Tuan” “Bagaimana bisa?” balas majikannya. “Sebab saya tidak pernah makan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui kehalalannya.” Jawab Mubarak.
Sang majikan terkesima mendengar jawaban itu. Seorang pembantu tetapi ia begitu jujur. “Ia termenung sejenak” Begitu agung dan mulia penjaga kebunnya itu.
Anak wanita Sang Majikan telah sering dilamar. Sembari berkata, “Wahai Mubarak, menurutmu siapa yang pantas memperistri putriku itu?” “Dulu, orang-orang jahiliyah menikahkan putri-putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan karena harta, sementara orang Nasrani menikahkan karena parasnya. Dan,. umat ini menikah karena agamanya” jawab Mubarak.
Sang majikan kembali dibuat takjub dengan jawabannya itu. Akhirnya ia pergi menemui istrinya., “Menurutku tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita selain Mubarak.”
Mubarak pun kemudian menikahinya dan si majikan yang telah jadi mertuanya, memberinya harta yang melimpah. Di kemudian hari, istri Mubarak melahirkan Abdullah bin Mubarak, yang akhirnya terkenal sebagai seorang alim dan ahli hadits yang zuhud. Ia merupakan hasil pernikahan terbaik kala itu.
“Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah." (HR. Muslim). Hadits tersebut membuktikan kisah Mubarak yang jujur itu.
Kejujuran dalam Islam adalah sifat terpuji yang sangat dianjurkan. Bukan hanya sekadar nilai moral, tetapi juga merupakan bagian integral dari iman seseorang. Dalam perspektif Islam, kejujuran adalah fondasi dari kehidupan yang baik dan mulia. Dengan berpegang teguh pada kejujuran, seseorang tidak hanya akan meraih keberkahan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Orang yang jujur akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Kepercayaan ini akan memperkuat hubungan sosial dan mempermudah interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Hidup dengan kejujuran akan membawa ketenangan hati karena terhindar dari rasa bersalah dan khawatir akan ketahuan berbohong. Dengan berpegang teguh pada kejujuran, seseorang tidak hanya akan meraih keberkahan di dunia, tetapi juga di akhirat. Wallahu a’lam bisawwabe.
Tags: #Aswar Hasan, #Artikel