Oleh : Dr. Samsul Basri, S.Si, M.E.I
Ummattv, Menurut kamus besar bahasa Indonesia, seseorang dikatakan kawan karena sudah lama dikenal dan sudah sering berhubungan dalam hal-hal tertentu.
Penting untuk memperhatikan kepada siapa seseorang berkawan. Nabi saw mengingatkan yang demikian,
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يُخَالِل
Seseorang itu berdasarkan agama kawannya, maka hendaknya setiap orang memperhatikan siapa yang layak dijadikan kawan baginya.
Islam membimbing "Kita" untuk terus berdoa (tidak kurang 17x setiap hari) agar ditunjukkan jalan yang lurus sebagaimana jalan manusia yang diberi nikmat.
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ (6) صِرَ ٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ (7)
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Orang-orang yang diberi nikmat itulah yang harus diikuti dan diteladani karena merekahlah sebaik baiknya kawan.
Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Surat An-Nisa', Ayat 69)
Berkawan dengan manusia-manusia yang diberi nikmat berpeluang mendapatkan nikmat pula. Berkawan dengan manusia-manusia bejat berpeluang jadi bejat pula.
Di dalam Al Qur'an ada sekelompok manusia yang justru syaithan-syaithanlah yang akan mendatanginya dan bangga berkawan dengannya. Diantaranya adalah seperti pengabaran Allah berikut ini,
هَلۡ أُنَبِّئُكُمۡ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ ٱلشَّيَٰطِينُ
Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun (mendekat) ?
تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٖ
Mereka (setan) turun mendekat kepada setiap pendusta yang banyak berdosa,
Dua ayat di atas terdapat di surat Asy Syu'ara ayat 221-222 bahwa syaithan akan bangga berkawan dengan manusia manusia yang suka berdusta dan banyak berbuat dosa.
Selain itu, Syaithan juga berkawan dekat dengan orang-orang yang suka berbuat tabdzir (boros). Dan Tabdzir itu termasuk perbuatan ingkar atas nikmat Allah.
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isra(17): 27)
Dalam kaitannya dengan ayat di atas, diantara bentuk dan contoh Tabdzir itu, memenuhi piring makan dengan banyak makanan terutama nasi akan tetapi tidak dihabiskan sehingga harus terbuang menjadi sampah. Padahal Aisyah mengabarkan bahwa seutama-utama manusia yang diberi nikmat yaitu baginda Nabi Muhammad saw jika telah makan dengan suatu wadah niscaya wadah itu akan bersih tanpa bersisa dari makanan. Bahkan jari-jari beliau akan dilumatinya hingga bersih.
Buatlah pilihan! Berkawan dengan orang yang diberi nikmat atau berkawan dengan Syaithan?
Semoga "Kita" dikumpulkan dengan orang-orang yang diberi nikmat. (Aamiin)