[Episode Tiga] Adab dan Hal-hal yang Membatalkan Puasa

[Episode Tiga] Adab dan Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Adab-adab Puasa

1. Makan sahur. Berdasarkan sabda Rasulullah:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan  sahurlah  karena  sesungguhnya  pada  sahur  itu  terdapat  berkah.” (HR. Al-Bukhari I/36 no: 1923 dan Muslim II/770 no: 1095)

2. Makan sahur dengan kurma.

3. Menunda makan sahur hingga akhir waktu.

Zaid bin Tsabit berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Nabi r.  Kemudian  kami  pun  berdiri  untuk  menunaikan  shalat.  Kemudian  Anas  bertanya  pada Zaid: “Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Zaid menjawab: “Sekitar membaca 50 ayat.” (HR. Al-Bukhari I/197 no: 575 dan Muslim II/771 no: 1097)

4. Menyegerakan berbuka. Berdasarkan sabda Rasulullah:

“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Al-Bukhari II/47 no: 1957 dan Muslim II/771 no: 1098)

5. Berbuka dengan ruthab (kurma segar) atau tamr (kurma kering) atau air putih.

Anas  bin  Malik berkata: “Rasulullah r biasanya berbuka dengan rathb (kurma segar) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rathb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no: 2356 dan Ahmad III/164 no: 12698. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan Abu Daud II/59: hasan shahih)

6. Berdo’a ketika sedang puasa. Berdasarkan sabda Rasulullah:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika dia berbuka, dan do’a orang yang terdzhalimi.” (HR. At-Tirmidzi no: 2526. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi III/6: shahih)

7. Berdo’a setelah berbuka puasa. Berdasarkan sabda Rasulullah:

Dari  Ibnu ‘Umar,  Rasulullah ketika  berbuka  beliau membaca do’a:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Rasa  'haus telah  hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah.” (HR. Abu Daud no: 2357. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan Abu Daud II/59: hasan)

8. Menjaga diri dari segala bentuk maksiat dan dosa.

9. Sedekah dan memberi makan pada orang yang berbuka. Berdasarkan sabda Rasulullah r:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. At-Tirmidzi no: 807, Ibnu Majah no: 1773, dan Ahmad V/192 no: 21720. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan Ibnu Majah II/85: shahih).

10. Membaca Al-Qur’an.

11. Bersungguh-sungguh dan meningkatkan ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.

12. I’tikaf

Ibnul Qayyim mengatakan: “Nabi r lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al-Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.” (Zaadul Ma’ad, 2/31)

13. Tidak berlebih-lebihan dalam berkumur atau membasuh hidung (istinsyaq/menghirup air melalui hidung) ketika berwudhu. Rasulullah r (kepada Laqith bin Shabrah):

Sempurnakanlah wudhu dan sela-selalah di antara jari-jari dan bersungguh-sungguhlah memasukkan air ke hidung kecuali kamu berpuasa. (HR. Abu Daud no: 142 dan At-Tirmidzi no: 788. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan Abu Daud I/48: shahih) 

14. Tidak mendahului Ramadhan dengan puasa nafilah (sunnah) satu atau dua hari.

 

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang membatalkan puasa ada dua bagian:

1. Yang membatalkan dan wajib atasnya qadha saja.

a. Makan, minum dan merokok dengan sengaja.

b. Muntah dengan sengaja. Berdasarkan sabda Nabir:

مَنْ ذَرَعَهُ الْقَىْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَمَنِ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ

Barang siapa yang muntah (tidak disengaja) maka tidak ada qadha baginya (puasanya tidak batal)Dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka wajib atasnya qadha (mengganti)" (HR. At-Tirmidzi no: 720. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi I/384: shahih).

c. Orang yang membekam dan orang yang dibekam.

أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ

“Telah berbuka orang yang membekam dan orang yang dibekam.” (HR. Ahmad II/364 no: 8753. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan dalam Musnad Imam Ahmad: shahih lighairihi)

d. Haid dan nifas, walaupun di akhir waktu sebelum terbenam matahari.

كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ     

“Kami pernah haid di zaman Rasulullah, kemudian setelah kami bersih dari haid kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. An-Nasa’i no: 2318. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Shahih Sunan An-Nasa’i II/145: shahih)

e. Mengeluarkan mani dengan sengaja. Berdasarkan sabda Rasulullah:

يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِى

“(Allah berfirman):  ketika  berpuasa  ia  meninggalkan  makan,  minum  dan  syahwat  karena-Ku.” (HR. Al-Bukhari II/29 no: 1894)

f. Berniat membatalkan puasa.

     Rasulullah I bersabda: “Setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Al-Bukhari I/13 no: 1 dan Muslim III/1515 no: 1907)

Ibnu  Hazm mengatakan: “Barangsiapa  berniat  membatalkan  puasa  sedangkan  ia  dalam keadaan berpuasa, maka puasanya batal.” (Al-MuhallaVI/174).

2. Hal yang membatalkan dan wajib atasnya qadha dan kaffarat, yaitu: berjima’ dan ini pendapat jumhur. Adapun kaffaratnya adalah membebaskan budak, atau puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang miskin (sebagian ‘ulama mensyaratkan tertib dalam membayar kaffaratnya), berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari II/41 no: 1936.

 

Sumber: Buku Panduan Praktis Ramadhan

didukung oleh Rumah Qur’an Wahdah Jogja

IG: https://www.instagram.com/rumahquranwahdahjogja/

Sebelumnya :
Selanjutnya :