Kisah Sukses Alumnus Penmas UIKA Bogor Dirikan Sekolah Megah Berkualitas dari Nol

Kisah Sukses Alumnus Penmas UIKA Bogor Dirikan Sekolah Megah Berkualitas dari Nol

Dengan ilmu yang diperoleh saat duduk di bangku kuliah, Igun perlahan-lahan mampu membesarkan sekolah. Sekadar diketahui, Igun menyelesaikan gelar kesarjanaannya di Universitas Islam Ibnu Khaldun (UIKA) Kota Bogor, Jawa Barat.

BANGUNAN sekolah itu berdiri megah di kawasan Cibinong Bogor, Jawa Barat. Dengan ribuan siswa, sekolah dibawah naungan Yayasan Pendidikan Sumarno tersebut menjadi salah satu sekolah swasta terbaik di Kabupaten Bogor. Lembaga pendidikan ini terdiri dari SMP Tunas Bangsa, MK Tunas Bangsa, dan SMK Mekanik Cibinong.


Adalah Igun Sumarno (49), sosok di balik nama besar Yayasan Pendidikan Sumarno. Dengan sentuhan tangannya, Igun memulai membangun sekolah ini dari nol.


Igun berkisah bahwa dirinya memulai merintis sekolah pada 1999. Awalnya siswa yang belajar di sekolahnya bisa dihitung dengan jari. “Hanya 12 orang siswa saat itu, gratis semua karena orang miskin dan dari dhuafa. Lahan sekolah saat itu baru 600 m2,” kenang Igun ketika ditemui di kantor Yayasan Pendidikan Sumarno Cibinong baru-baru ini.


Rupanya, hal ini tidak menyurutkan langkah Igun terus mengembangkan sekolah. Dengan ilmu yang diperoleh saat duduk di bangku kuliah, Igun perlahan-lahan mampu membesarkan sekolah. Sekadar diketahui, Igun menyelesaikan gelar kesarjanaannya di Universitas Islam Ibnu Khaldun (UIKA) Kota Bogor, Jawa Barat. Ia lulus dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) UIKA, sekarang Pendidikan Masyarakat pada 1995.


“Pendidikan Masyarakat (Penmas) yang dulu PLS, di dalamnya sangat kompleks materinya. Mengajarkan kepada kita bagaimana cara kemandirian, menciptakan mahasiswa-mahasiswa yang punya jiwa  entrepreneurship. Jadi menurut saya, sangat luar biasa, dan yakin korelasi yang diajarkan pada saat diperoleh dari kampus dengan Penmas dengan apa yang sekarang kita jalankan,” ungkap lelaki kelahiran Lebak, Banten ini.


Apa yang diajarkan tentang kemandirian di kampus kemudian ia implementasikan dalam membangun sekolah. “Alhamdulillah sekarang lahan sekolah sudah 3000 m2 dan siswa berjumlah 1000 lebih. Saya juga merintis PKBM untuk mengelola paket A,B dan C. Dan Alhamdulillah banyak dari peserta didik mendapatkan ijazah Paket dan digunakan buat calon kepala desa saat,” ujar Igun.


Tak hanya di Cibinong, Igun pun mendirikan sekolah di Cilodong Depok, Jawa Barat. Ia juga mengembankan bisnis ternak kambing. “Ilmu wirausaha ini saya dapat dari UIKA. Makanya banyak siswa sekolah saya yang melanjutkan kuliah di UIKA. Karena terinspirasi dengan kesuksesan saya,” kata Igun sembari tersenyum.


Saat di UIKA, jelas Igun, ia juga diajari kepemimpinan. Itu sebabnya, Igun banyak berkiprah di berbagai organisasi. Bahkan saat ini ia menjadi anggota DPRD Kota Depok.


Kuliah di UIKA

Igun bercerita di kampung halamannya di Lebak Banten listrik baru masuk pada 2010. Ini yang kemudian membuat Igun ingin mengubah kehidupan.


“Saya di Banten boleh bercerita merdekanya di Banten baru tahun 2010. Dikampung saya nanti listrik masuk tahun 2010.  Bayangkan saya keluar Bogor itu umuran SMP tahun  1980 an. Saya kuliah di Bogor Jadi 90 itu ya kampung saya masih gelap gulita pak jadi pasti saya berpikir bagaimana saya saya melanjutkan ke perguruan tinggi,” jelas Igun.


Tekadnya untuk berkuliah terus bergelora pada diri Igun. Meski ia saat itu sudah bekerja di pabrik Jepang, namun ia memutuskan berkuliah. Ia mendaftar di UIKA jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS).


Tak muluk-muluk ekspektasi Igun ketika berkuliah di UIKA. Saat memutuskan kuliah, Igun menghadapi dilemma. Di satu sisi ia butuh penghasilan, namun di sisi lain ia ingin sekali berkuliah.


“Saya  berpikir saya mencoba mencari  kuliah sambil bekerja. Saya mendengar kebetulan memang rata-rata yang di Banten itu, banyak yang kuliah di UIKA Bogor. Ada dua jurusan di FKIP UIKA. Akhirnya  pikir ini Pendidikan Luar Sekolah (PLS) berarti mungkin bisa sambil bekerja.  Sebenarnya simpelnya, akhirnya saya minta izin ke perusahaan untuk kuliah di jurusan pendidikan luar sekolah,” kata Igun.


Namun, Igun memutuskan berhenti bekerja agar bisa fokus berkuliah. Setelah sebelumnya cuti di tempat kerjanya. “Saat itu saya cuti, tetapi setelah saya mendaftar, berarti saya harus putuskan berhenti bekerja. Saya keluar dari perusahaan, dan saya menjadi mahasiswa reguler jurusan PLS,” ujar Igun.


Selain karena banyak teman-temannya kuliah di UIKA Bogor, keputusan Igun mendaftar di UIKA karena program dan kurikulumnya. Igun mengaku tertarik mendaftar di UIKA karena kampus ini kental dengan nuansa keislaman.


“Pas saya masuk, ternyata betul bahwa motto UIKA ada tiga yaitu iman, ilmu dan amal.  Saya melihat ternyata cara mengaja,  pendekatan pembelajaran kepada mahasiswa sangat luar biasa.  pelajaran agama pun banyak jumlah SKS nya dibandimgkan dengan universitas yang lain saat itu. Dan juga universitas ini bisa mengangkat derajat ekonomi keluarga harapan  ekspektasi seperti itu,” ungkap Igun.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :