LDK Jadi Tulang Punggung Persyarikatan dalam Dakwah Islam Berkemajuan di Daerah 3T

LDK Jadi Tulang Punggung Persyarikatan dalam Dakwah Islam Berkemajuan di Daerah 3T

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, berakidah Islam dan bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai gerakan dakwah Islam Muhammadiyah memiliki tujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar benarnya.

“Dalam dokumen resmi ideologi Muhammadiyah disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah. Ini menunjukkan bahwa dinamika Muhammadiyah itu tidak pernah lepas dari spirit berdakwah,” ujar Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni dalam acara yang diselenggarakan LPP AIK UHAMKA pada Rabu (26/01).

Syafiq mengatakan bahwa dakwah Muhammadiyah merupakan gerakan pencerahan yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat. Gerakan pencerahan tersebut harus diwujudkan dalam seluruh bidang dan lapangan usaha Muhammadiyah, sehingga tidak berhenti dalam pemikiran semata tetapi membumi menjadi gerakan praksis yang mencerahkan kehidupan umat.

“Tidak boleh ada satupun kegiatan Muhammadiyah yang lepas dari misi melakukan dakwah Islam, satu proyek yang sangat besar, gagasan dan implementasi yang sangat kompleks dan itulah yang dilakukan oleh persyarikatan Muhammadiyah,” tutur pria kelahiran Lamongan, 15 Juni 1954 ini.

Dalam hal ini, kata Syafiq, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) punya tanggungjawab yang besar. LDK merupakan lembaga yang lahir dari amanah Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo 1985. Kata “Khusus” memang telah menggambarkan lanskap dakwah LDK tertuju pada segmen sosio-kultur tertentu atau yang biasa disebut dengan daerah 3T: Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal.

Karenanya, LDK menjadi tulang punggung persyarikatan dalam dakwah Islam Berkemajuan di daerah paling sulit. Syafiq mengungkapkan medan dakwah di daerah 3T sangat kompleks. Mulai dari tantangan geografis seperti jarak yang begitu jauh dan jalanan terjal hingga tekanan psikososial seperti respon masyarakat setempat yang kurang menentu. Namun ia mengingatkan bahwa semakin sulit medan dakwah semakin besar maknanya.

“Semakin sulit medan dakwah akan semakin besar makna dakwah. Kalau kita berdakwah di kampus UHAMKA, mungkin nilainya beda kalau kita berdakwah di Pulau Telo. Kalau kita ceramah 10 menit di UHAMKA mungkin sama nilainya dengan 1 jam berdakwah di Pulau Telo,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Tidak lupa, Syafiq turut memberikan apresiasi kepada seluruh da’i-da’i Muhammadiyah yang dengan sabar membimbing umat di lokasi-lokasi terpencil.  “Tugas-tugas dakwah yang dipikul oleh LDK ini memang sangat berat tetapi juga sangat agung karena menjadi penyangga seluruh denyut nadi yang dilakukan persyarikatan Muhammadiyah, khusus di daerah-daerah yang tersulit,” ujar Syafiq.*

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Sebelumnya :
Selanjutnya :