Wahdah Islamiyah merupakan lembaga perjuangan dakwah dalam menegakkan amal ma’ruf nahi munkar. Dalam perjalanannya selalu mengedepankan ilmu sebagai fondasinya, dan pengorganisasian, pengaturan, serta perencanaan sebagai pilar-pilarnya.
Sekitar 4 bulan lagi kita menuju perhelatan akbar lima tahunan yang bernama “MUKTAMAR IV”. Para pengurus bekerja keras. Musyawarah siang malam. Pakar-pakar dihadirkan. Rumusan-rumusan digariskan. Semua demi kokohnya strategi program kerja selama lima tahun ke depan.
Benjamin Franklin mengatakan, “if you fail to plan, you plan to fail”. Kegagalan merencanakan adalah sebuah petaka. Sama artinya kita merencanakan kegagalan.
Bukan sekedar momen untuk bermusyawarah dan saling uji gagasan. Muktamar ini juga ujian keimanan dan kesetiaan. Bagaimana tidak? Sukses tidaknya muktamar ini bergantung pada sebesar apa pengorbanan kita_ba’dallah. Berkorban waktu, fikiran, tenaga, dan kuota itu jelas. Lebih dari itu, kita dituntut berkorban harta.
Memang itulah jihad. Mana ada jihad tanpa pengorbanan? Mana ada jihad tanpa masyaqqah? Kalau kontribusi kita tidak ada nilai pengorbanannya, tidak pula ada masyaqqahnya, malulah kita hendak menyebutnya jihad.
Tuntutan berkorban di masa sulit ini mengingatkan kita pada Jaisyul ‘Usrah, julukan pasukan di Perang Tabuk. Mereka ditimpa paceklik, namun di saaat yang sama dituntut pula berkorban. Namun, jangan salah. Para shahabat justru menangis jika tidak dapat turut serta, atau tidak dapat berkontribusi. Bagi mereka, berkorban itu bukan sekedar beban dan kewajiban. Namun, berkorban adalah kesenangan.
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyerahkan sebagian besar hartanya. Utsman bin Affan menanggung logistik perang untuk sepertiga pasukan (10 ribu prajurit), ditambah 900 ekor unta, 100 ekor kuda, dan 1.000 dinar. Entah berapa milyar itu nilainya. Abdurrahman bin Auf dengan 200 uqiyah emas, senilai sekitar Rp 50 miliar. Para wanita melepas perhiasan-perhiasan dan jatah makanan untuk dapurnya.
Dari mereka kita dapatkan beberapa mutiara ibrah. Pertama, mentalitas jihad dan kedermawanan para sahabat luar biasa tinggi. Keimanan, kecintaan, dan loyalitas yang kuat terhadap agama Allah seakan telah menjadi urat nadi hidup mereka. Kedua, mentalitas kaya hati dengan merasa “sudah selesai dengan dirinya sendiri”. Mereka tak lagi berpikir untuk kepentingan dirinya, melainkan berpikir dan berbuat untuk kemenangan dan kejayaan Islam. Ketiga, melelang surga yang dilakukan nabi kita Muhammad ﷺ merupakan strategi penggalangan investasi akhirat yang sangat efektif. Keempat, melelang surga dapat menumbuh-kembangkan spirit perjuangan yang dapat mengalahkan segala bentuk orientasi dan kepentingan duniawi.
Ikhwatal kiram, Muktamar lima tahunan ini memanggil antum semua. Kapan lagi kita dapat berkontribusi nyata dengan harta yang sebetulnya bukan milik kita ini? Inilah saatnya kita mentarbiyah hati-hati ini agar tidak terlu cinta harta.
Silahkan salurkan donasi melalui panitia. Bisa berupa barang (perhiasan, handphone, mobil, motor, dll), bisa berupa makanan dan logistik, atau apapun itu, sebagaimana dalam kisah Perang Tabuk. Atau yang lebih praktis transfer ke nomor rekening panitia Muktamar IV : Bank Syariah Indonesia (BSI) 7777787448 An. Muktamar IV Wahdah Islamiyah.
Bukankah selama ini kita sama-sama telah merasakan manfaat lembaga perjuangan ini? Tidak inginkah kita, kemanfaatan itu dirasakan semakin luas lagi?
Di ladang amal ini kita dipertemukan, semoga di taman surga kelak kita dibersamakan.
Akhukum,
Jumli Alam Mapgun (Zubair Alam) Anggota Puslitbang PSDM DPP wahdah Islamiyah