Social Distancing, Uzlah Era Milenial

Social Distancing, Uzlah Era Milenial

Mari jadikan social distancing ini sarana uzlah kita dari hiruk pikuk dunia, menuju kesunyian untuk lebih mengasah dan mempertajam nilai-nilai ruhani dan spiritual kita. Percayalah, selalu ada hikmah terbaik dan hebat dari setiap musibah dan masalah, jika kita mau menggunakan keimanan dan akal kita.

Oleh : Syukron Ma’mun

Penyebaran Corona virus yang semakin mewabah dan sudah menjangkiti ratusan ribu, bahkan jutaan penduduk dunia, semakin mengkhawatirkan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus itu, Diantara upaya yang dilakukan adalah social distancing (jaga jarak sosial). Menurut para ahli social distancing ini cara yang paling efektif untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Seandainya jika manusia kompak saja selama dua minggu atau 14 hari, untuk melakukan social distancing, niscaya virus itu akan sulit tersebar dan akhirnya akan mati. Tentu dengan izin Allah swt.

Dalam dunia tasauf ada istilah yang hampir sama dengan istilah social distancing, yaitu uzlah. Uzlah adalah mengasingkan diri dari keramaian, untuk memusatkan diri kepada ketaatan dan ibadah kepada Allah swt. Uzlah adalah satu diantara sekian tingkatan yang dilakukan oleh kaum sufi untuk membersihkan dirinya dari berbagai keburukan dunia dan sifat-sifat material menuju kesucian dan peningkatan nilai-nilai spiritual. Dengan uzlah, para sufi bisa lebih menikmati interaksi dengan al-qur’an, dengan uzlah mereka bisa berdzikir dengan sepuas hati, dengan uzlah, mereka juga bisa melahirkan karya-karya yang spektakuler dan bermanfaat, bahkan dengan uzlah tidak sedikit diatara mereka dapat mencapai maqom mukasyafah terbuka segala hal yang rahasia.

Wabah corona, mendorong kita untuk melakukan social distancing sebagai wujud uzlah era milenial. Jangan-jangan selama ini waktu, tenaga, pikiran, dan hampir mayoritas aktifitas kita selalu di gunakan untuk memenuhi kebutuhan meterial dan fisik semata, dan hanya sedikit waktu, tenaga, dan pikiran yang kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan spiritual kita. Padahal manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua dimensi, dimensi fisik dan dimensi ruhani, yang keduanya memiliki kebutuhan yang sama, jika tidak seimbang asupan nutrisi, vitamin dan makannya, maka akan hilang lah keseimbangan manusia dalam menghadapi hidupnya.

Perhatikan Firman allah swt,

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ 

( سبأ : 46)

Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Q.S : As-saba' : 46)

Mari jadikan social distancing ini sarana uzlah kita dari hiruk pikuk dunia, menuju kesunyian untuk lebih mengasah dan mempertajam nilai-nilai ruhani dan spiritual kita. Percayalah, selalu ada hikmah terbaik dan hebat dari setiap musibah dan masalah, jika kita mau menggunakan keimanan dan akal kita.

ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار

"Wahai tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau lindungilah kami dari siska neraka." (Qs ali-imran:191)


Semoga bermanfaat.

Situpete, 31-Maret-2020

Syukron Ma’mun, M.Pd.I

(Pengurus MUI Kota Bogor)

Sebelumnya :
Selanjutnya :