UMMATTV MAKASSAR--Seiring bertambahnya usia Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, jumlah tenaga pengajar maupun mahasiswanya juga mengalami peningkatan. Jika di awal berdirinya STIBA hanya memiliki dosen-dosen dengan kualifikasi pendidikan S1, sekarang ada puluhan dosen merupakan lulusan S2. Bahkan belum lama ini, dengan selesainya Ustaz Dr. Rustam Ibrahim M. Qashim Kolli dan Ustaz Dr. Harwis dari jenjang pendidikan S3, STIBA kini memiliki 10 orang dosen berkualifikasi doktor.
Ustaz Dr. Rustam Kolli pada Kamis (28/01/2021) berhasil meraih predikat summa cum laude (lulus dengan pujian terbanyak) dari Program S3 Universitas Islam Madinah Konsentrasi Bahasa Arab. Ustaz Rustam menulis disertasi berjudul برنامج قائم على المنظمات التمهيدية الاليكترونية لتنمية الاداء القرائي والكتابي لدى متعلمي اللغة العربية لغير الناطقين بها
Judul ini dalam bahasa Indonesia berarti program peningkatan keterampilan membaca dan menulis bagi penutur non-Arab dengan menggunakan pengantar elektronik. Kitabah yang dimaksud dalam judul ini bukan imla’, tetapi ta’birul kitabi, mengarang insya’ dan seterusnya.
Hasil dari disertasi tersebut adalah kitab thalib dan dalil mu’allim yang telah disusun oleh Ustaz Rustam. Di buku itu Ustaz Rustam menyusun langkah-langkah dan strategi dalam mengajar berdasarkan teori David Ausubel dalam lima tahapan.
David Ausubel adalah seorang pakar pendidikan dan psikologi yang terkenal dengan teorinya Meaningful Learning atau dalam bahasa Arab at-Ta’allum bil Ma’na. Artinya bahwa suatu proses belajar akan lebih mudah dicerna oleh peserta didik jika pelajaran itu berkaitan dengan pengalaman pribadinya yang relevan. Dalam hal ini, pengajar hanya memberikan pengantar untuk lebih menguatkan lagi apa yang telah diketahui oleh peserta didik.
Menurut Ustaz Rustam, penerapan teori ini sudah ada dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi pada dasarnya teori ini adalah ضالة المؤمن (barang berharga orang mukmin yang hilang).
Alumni Program Persiapan Bahasa STIBA Makassar ini menyebutkan satu contoh masing-masing dari Al-Qur’an dan hadis. Ketika Allah menjelaskan cara manusia dibangkitkan kelak di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak kita untuk melihat bumi, bagaimana ketika ia kering kerontang. Lalu Allah menurunkan air hujan maka tumbuhlah rerumputan. Allah menutup ayat tersebut dengan “wakadzalika tukhrajun”, artinya seperti itulah kalian akan dibangkitkan.
Contoh dari hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam, ketika beliau bertanya kepada para sahabat, bagaimana tanggapan kalian jika di depan rumah salah seorang dari kalian ada sungai yang mengalir, lalu dia mandi di sungai itu setiap hari lima kali sehari, apakah masih ada kotoran yang tertinggal di badannya? Para sahabat menjawab tidak ada, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan seperti itulah salat.
Metode lain yang juga sesuai dengan teori ini adalah pertanyaan yang membuat para peserta didik mencari-cari jawabannya. Seperti pertanyaan Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada para sahabatnya, “Apakah kalian tahu siapa orang-orang yang bangkrut?” Maka para sahabat menjawab sesuai yang mereka pahami bahwa orang bangkrut adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menjelaskan makna sebenarnya yang ingin beliau sampaikan bahwa ada yang lebih besar dan lebih berat dari itu yaitu orang yang bangkrut di akhirat.*