Ustadz Sambo: PRINSIP MENGHADAPI TAKDIR ALLAH

Ustadz Sambo: PRINSIP MENGHADAPI TAKDIR ALLAH

Mencoba memahami hikmahnya dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah, sehingga apapun kejadian yang menimpa kita, selalu semakin menambah iman dan amal sholeh kita. Ketika dapat nikmat bersyukur, dapat musibah bersabar.

Seri Mengaji Masjid Al I'tisham Sabtu, 21 Maret 2020, Ustadz. Sambo.

Prinsip Menghadapi Takdir Allah:

1. Semuanya adalah ketentuan Allah.

- Semua dikembalikan kepada Allah.

- Tidak ada kejadian, kecuali dengan izin Allah.

- “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

- “Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. an-Nisa: 19)

2. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

- Mencoba memahami hikmahnya dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah, sehingga apapun kejadian yang menimpa kita, selalu semakin menambah iman dan amal sholeh kita. Ketika dapat nikmat bersyukur, dapat musibah bersabar.

- Kisah Sya'ban r.a. sahabat luar biasa, ketika sakaratul maut beliau berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua.'

Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”

“Saat Sya’ban r.a. dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. 

# "Aduh, kenapa tidak lebih jauh"

Dalam tayangan itu pula Sya’ban r.a. diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

# "Aduh kenapa tidak yang baru"

Ketika musim dingin, Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek di luar. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama. Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah. Sya’ban r.a. pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban r.a. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.

# "Aduh kenapa tidak semua"

Berikutnya, Sya’ban r.a. melihat lagi suatu adegan. Ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban r.a. merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudian memperlihatkan Sya’ban r.a. dengan surga yang indah, hanya karena sebelah roti tersebut. Apalagi kalau diberikan semua.

- Ada 8 jenis : Ujian susah, ujian senang, ujian perintah, ujian larangan, dan lain-lain. Semuanya harus mendekatkan diri kita kepada Allah. 

- Shalat bisa tidak=k baik ketika tidak mendekatkan dirinya kepada Allah, karena melakukannya tidak ikhlas atau sombong/takabur dan bangga karena ibadahnya.

- Maksiat bisa saja ada yang mendekatkannya kepada Allah, ketika setelah melakukan maksiat langsung bertaubat dan melakukan berbagai kebaikan.

- Istri Fir'aun dekat dengan suami yang dzalim, tetap dapat menambah teguh keimanannya.

- Istri Nabi Nuh, Istri Nabi Luth, anak Nabi Nuh, yang dekat dengan nabi, tapi justru semakin jauh dari Allah.

Apapun kejadiannya, harus bisa mendekatkan diri kita kepada Allah, menjauhkan dari musibah agama.

3. Semakin berat ujian dan perjuangannya, semakin besar pahalanya. 

- Setiap orang berbeda pahalanya, misalnya pakai jilbab di daerah minoritas, lebih berat di daerah muslim.

- Saking hebatnya pahala yang diberikan, diilustrasikan dalam Qs. 3:169-171. Jangan orang menyangka orang yang mati syahid itu mati, tetapi dia hidup di sisi Tuhan-Nya dan diberi rizki.

- Bahkan ada hadits yang menceritakan bahwa, orang-orang yang mati syahid ingin hidup lagi, agar bisa kembali perang dan mati lagi. Saking besarnya pahala yang mereka dapatkan.

“Tidak seorang pun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid),” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jika tiga hal ini dilakukan, akan tenang kehidupan kita dijalankan:

1.  Menyikapi musibah penyakit menular:

a. Dikembalikan kepada Allah, semua terjadi dengan izin Allah. Sambil terus berikhtiar menghindarkan dirinya.

b. Haruslah dapat menambah keimanan dan ketaqwaan.

2. Menjalankan Sunnah Agama (Sunnatullah langit) :

a. Berdoa: bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa laa fis samaai, wa huwas samii'ul 'aliim, Audzubillahikalimatillahit taammati min syarri ma khalaq..,  akhir Al-Baqarah.

b. Perbanyak amal sholeh sebagai pengangkat doa kepada Allah: ibadah, shodaqoh.

c. Perbanyak taubat dan istighfar, jangan-jangan musibah ini karena dosa kita, Qs. 8:23-24.

3. Berikhtiar Sunnah dunia:

a. Menjaga internal: kesehatan (olahraga yang cukup, istirahat yang cukup, makan yang sehat (kurma, vitamin, bergizi)). Menang perang karena pertahanan kita kuat, sehingga kekuatan musuh tidak mampu menembusnya.

b. Menjaga eksternal: semampu kita bisa, menghindari kontak langsung dengan org lain. 

- Prinsipnya jangan mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

- Jangan takut, org yang terbiasa ke masjid, shalat dirumah tetap dihitung pahala berjamaah ketika terjadi kejadian luar biasa.

- Bagi orang yang terjangkit, haram berinteraksi dengan orang lain, langsung mengisolasi diri dan berobat.

- Bagi satgas masjid untuk mencegah dan menghadapi kemungkinan terburuk.

Wallahu a'lam.

Sebelumnya :
Selanjutnya :