Yang Hilang Itu Tidak Kembali

Yang Hilang Itu Tidak Kembali

Namun, 72 jam telah berlalu, dan kapal selam itu belum di temukan kecuali sedikit serpihan dan bukti kecil. Entah seperti apa perjuangan 53 awak kapal tersebut. Dan seperti apa sikap  Kolonel Harry Setyawan selaku pemimpin di kedalaman Samudra Allah subahanu wata’ala.

Dan Tidak akan pernah baik-baik saja bagi orang-orang yang mengalami kehilangan. Baik dengan cara meninggalkan atau ditinggal pergi, termasuk bagi keluarga. 

Kapal selam yang dikabarkan hilang pada Rabu pagi, 21 April 2021, ketika sedang melakukan manuver menyelam pada pukul 03.00 WIT, di perairan sekitar 60 mil laut utara Pulau Bali itu belum kembali atau tidak akan kembali, hanya Allah tempat berharap.

KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam yang memiliki tipe 209/1300 yang dibuat di Kiel, Jerman Barat. Sistem yang digunakan untuk menghasilkan daya dorong KRI Nanggala-402 berintikan motor diesel-elektrik Siemens low-speed yang tenaga kerjanya langsung disalurkan ke baling-baling di buritan. 

Memiliki kekuatan daya dorong sebesar 5.000 shp (shaft horse power), baterai-baterai listriknya dengan bobot sekitar 25 persen bobot bruto kapal menyimpan daya listrik. Dari serangkai kemampuan fisiknya bahwa KRI-402 ini memiliki motto Tabah Sampai Akhir. Motivasi yang tentu punya filosofi khusus. 

Namun, 72 jam telah berlalu, dan kapal selam itu belum di temukan kecuali sedikit serpihan dan bukti kecil. Entah seperti apa perjuangan 53 awak kapal tersebut. Dan seperti apa sikap  Kolonel Harry Setyawan selaku pemimpin di kedalaman Samudra Allah subahanu wata’ala. 

Seperti apa perjuangan yang mereka jalani menanti saat-saat dimana kebutuhan oksigen mulai menipis, saat-saat dimana mereka harus merasakan beratnya bertahan. Saat-saat dimana mereka harus terus saling memotivasi sebagai tim tangguh karena tanggung jawab yang besar, saat-saat mereka semakin merasa dekat dengan pencipta, saat-saat mereka mengingat sanak keluarga yang akan ditinggalkan. Dan di dibawah lautan itu mereka tentu melambungkan banyak harap pada sang Maha pemilik kekuasaan di laut, di Kekuasaan-Nya  yang Maha besar.  Di Kegelapan dalam yang hampir tidak dijumpai cahaya. Atau bahkan  tidak terdapat cahaya sama sekali. di antara rekayasa  keadaan inilah kita mengingat firman-Nya tentang laut dan Samudra yang telah ditundukkan bagi kita agar kita selalu bersyukur. 

"Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan yang kami pakai. Kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya supaya kamu bersyukur." Qs. Fatir ayat 12

***

Inilah refleksi hidup yang tidak pernah kita tau skenarionya. Refleksi kehilangan segala sesuatu dalam hidup ini. Entah itu kehilangan anggota keluarga karena meninggal, kehilangan kesempatan, kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup, dan hilangnya kapal selam KRI-Naggala 402.

Saya sendiri belum pernah merasakan kehilangan yang seperti itu. Tapi harus selalu bersiap untuk kehilangan itu. Karena hal yang paling akan  menyakitkan adalah ketidaksiapan. Kita tidak siap kehilangan sesuatu yang berharga, suatu yang biasanya ada dalam hidup kita, sesuatu yang biasanya muncul di sela-sela aktivitas kita. Orang-orang yang selama ini hadir pertama kali dalam hidup kita. Kita ingin sekali, mereka terus menerus ada. 

Padahal sebenarnya kita tidak pernah memiliki apapun. Segala hal yang melekat baik dalam dan di luar diri kita adalah kepunyaan-Nya. Harta, keluarga, pasangan, jabatan apapun itu. Karena hidup ini tidak benar-benar selamanya. kapanpun kita bisa hilang dan tak akan kembali. Maka mari  kita menjaga diri kita dan menjaga keluarga kita. 

Agar kelak jika meninggalkan kita akan  tenang, karena meninggalkan anak-anak yang baik dan berhasil dididik dan akan menjadi amal yang terus mengalir, tenang karena mereka telah menunaikan tanggujawabnya dengan baik kepada kita, amanah-Nya telah dijalankan. 

Maka, hari ini saat kita memiliki mereka semua, persiapkan diri kita tidak hanya ketika mereka masih ada. Kita harus bersiap akan kehilangan itu, sehingga ketika satu per satu mereka meninggalkan kita, kita sudah siap menghadapinya. Siap pada sebuah keadaan bahwa kita harus memahami, bahwa kondisi terbaik memang demikian.

Hilangnya KRI-402 di bulan Ramadhan yang penuh berkah kembali memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa Bahwa tidak ada yang benar-benar hilang, namun pulang ke pemiliknya.


Ya Rabb..

Tak ada yang tak mungkin bagi-MU


Namun…

Jika pun mereka menjemput Takdir-Nya 

didasar samudra-MU


Berkahi amalan Ramadhan mereka 

Berikan tempat terbaik bagi mereka

Dan bagi keluarga yang kehilangan

Berikan ketabahan dan kesabaran.


Zelfia Amran 

(Dosen Komunikasi Umi Makassar)

Sebelumnya :
Selanjutnya :