5 Motivasi Buat Santri, yang Disampaikan Ustadz Maulana La Eda, Ph.D

5 Motivasi Buat Santri, yang Disampaikan  Ustadz Maulana La Eda, Ph.D

Ustadz Maulana La Eda menutup pesannya dengan pengingat bahwa menjadi ulama bukanlah soal cepat atau lambat dalam menghafal, tetapi kesungguhan, semangat, ketekunan, dan berbakti.

CIBINONG UMMATTV.COM - Ustadz Maulana La Eda, Ph.D, dosen IAI Stiba Makassar dan alumni S3 Ilmu Hadis Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia menyempatkan mengisi materi setelah magrib, sebelum meniggalkan Bogor menuju Makassar, Rabu (06/08/2025).

Bertempat di Masjid Ibnu Katsir Komplek Ponpes Wahdah Cibinong (SQ Wahdah), hadir seluruh santri dan para pembina. Berikut 5 pesan yang diberikan sebagai penguatan para santri selama mondok di salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Wahdah Islamiyah binaan KH Dr. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc.,MA.

Dalam muqaddimahnya ust .Maulana La Eda menekankan, belajar agama bukan hanya soal menghafal atau duduk di kelas. Belajar sejak muda adalah kesempatan emas untuk menjadi lebih mulia daripada generasi sebelumnya.  Usia muda adalah waktu yang paling berharga untuk menimba ilmu dan menghafal Al-Qur’an.

Iya menekankan bahwa santri yang masih SMP atau SMA yang sudah mampu menghafal banyak juz Al-Qur’an telah menunjukkan keistimewaan yang luar biasa. Sebagai contoh, ada santri berusia 13–14 tahun yang telah menghafal hingga 4 juz, padahal beliau sendiri pada usia 18 tahun baru menghafal 2–3 juz. Ini menunjukkan bahwa semangat dan ketekunan di usia muda membawa keunggulan yang signifikan.

Tujuan Menjadi Santri

Saat ditanya mengenai tujuan berada di pesantren, jawaban santri tidak boleh hanya “untuk menghafal Al-Qur’an” atau “untuk belajar,” karena itu terlalu rendah. Tujuannya adalah menjadi ulama yang mampu menuntun umat dan menjadi pribadi yang bermanfaat.

Kunci Menjadi Calon Kader Ulama

  1. Kesungguhan (Serius Belajar)
    Kesungguhan adalah fondasi utama. Bermain boleh, tetapi tidak boleh bermain-main dalam belajar. Ulama besar pun mengalami kesulitan dalam menghafal, tetapi mereka berhasil karena terus berusaha tanpa putus asa. Ustadz Maulana menekankan bahwa mengulang hafalan berulang-ulang adalah bagian dari proses menjadi ulama.
  2. Semangat dan Ketekunan
    Tidak ada ulama yang lahir tanpa semangat. Belajar itu harus pantang menyerah meski menghadapi kesulitan. Kisah Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, yang merasa menghafal seperti memindahkan gunung, menjadi inspirasi bagi santri untuk tidak takut menghadapi tantangan dalam belajar.
  3. Menghafal Al-Qur’an dan Memahami Maknanya
    Menghafal Al-Qur’an adalah kewajiban utama, tetapi tidak cukup sampai di situ. Santri harus memahami makna ayat dan harakat terakhir setiap ayat, agar hafalan tidak hanya menjadi penghafalan mekanis, tetapi juga mendalam dan bermakna.
  4. Banyak Membaca dan Mengulang
    Semakin banyak membaca Al-Qur’an, semakin besar pahala dan semakin kuat pemahaman. Bagi yang merasa sulit menghafal, kuncinya adalah konsistensi dan kesabaran, bukan kecepatan.
  5. Berbakti kepada Orang Tua dan Guru
    Salah satu kunci keberhasilan seorang santri adalah mendapatkan ridha Allah melalui berbakti kepada orang tua dan guru. Anak yang durhaka kepada orang tua atau mengabaikan guru tidak akan mampu menjadi ulama sejati.

 

Pesan Penutup 

Belajar sejak kecil memberi keunggulan besar. Santri yang mulai dari SMP hingga SMA memiliki kesempatan untuk menjadi ulama yang kuat ilmunya. Dua puluh tahun ke depan, diharapkan para santri menjadi penerus para ulama dan penggerak umat. Belajar dengan sungguh-sungguh, menghafal dengan tekun, memahami Al-Qur’an dengan benar, dan berbakti kepada orang tua serta guru adalah kunci sukses menjadi santri unggul.

Ustadz Maulana La Eda menutup pesannya dengan pengingat bahwa menjadi ulama bukanlah soal cepat atau lambat dalam menghafal, tetapi kesungguhan, semangat, ketekunan, dan keberbaktiannya yang akan menentukan kualitas seorang kader ulama.


Sisipkan gambar ...


Sisipkan gambar ...

 

Sebelumnya :