UMMATTV JAKARTA--Aksi Cepat Tanggap (ACT) turut menyemarakkan Ramadan kali ini dengan berbagai aksi kebaikan tanpa batas. Mulai dari aksi kemanusiaan, aksi kerelawanan, hingga gerakan kedermawanan.
Lewat gerakan kedermawanan ini pula, ACT berupaya mengedukasi masyarakat luas tentang keutamaan sedekah, yang disampaikan melalui serial web bertajuk ‘Atap Padang Mahsyar’.
Bertepatan dengan milad ACT yang ke-16, serial web “Atap Padang Mahsyar” resmi diluncurkan pada Rabu (21/04/2021) pukul 16.00 WIB di Menara 165, Jakarta Selatan. Dipandu langsung oleh Rizky Kinos, peluncuran serial ini dihadiri oleh Presiden ACT Ibnu Khajar, Senior Vice President ACT N. Imam Akbari, sutradara M. Dedy Vansophi, dan salah satu pemain utama serial Atap Padang Mahsyar, M. Taufik.
Presiden ACT Ibnu Khajar menyampaikan, hadirnya serial web “Atap Padang” di hari milad ACT yang ke-16 membawa harapan tersendiri. Kisah sederhana yang sarat nilai keutamaan sedekah selaras dengan apa yang ACT tengah ikhtiarkan bersama masyarakat dalam membangun bangsa di tengah kondisi pandemi ini.
“Di usia ke-16 ini kami membawa spirit ‘Bangkitkan Sejatinya Bangsa’ dan mengajak masyarakat gotong royong untuk membantu sesama. Hal ini mengingat masalah bangsa ini belum selesai, masih banyak saudara sebangsa yang terjerat kemiskinan. Dan di momen Ramadan ini, kami ingin masyarakat optimis, meski kondisi nampak sulit akibat pandemi. Kami ingin semua orang bergerak membantu saudaranya, memberikan aksi kebaikan tanpa batas. Serial ‘Atap Padang Mahsyar’ ini punya pesan sedekah yang kuat, di mana sedekah itu membantu kebutuhan komunal di sebuah wilayah. Pesan inilah yang relevan dengan kondisi kita saat ini, yang juga kami terus sampaikan melalui gerakan kedermawanan maupun aksi kemanusiaan,” terang Ibnu.
Sementara itu, Senior Vice President ACT sekaligus Penasihat Produksi Serial “Atap Padang Mahsyar” N. Imam Akbar menambahkan, serial tersebut mengingatkan umat muslim kembali pada sebuah hadits Nabi Muhammad terkait sedekah sebagai naungan di padang mahsyar. Bagaimana nantinya di padang mahsyar, matahari di atas kepala. Orang yang kurang beramal akan tenggelam oleh keringatnya sendiri.
“Tetapi di padang mahsyar nanti bisa ada naungannya. Apa? Ya sedekah tadi. Sedekah jariyah bisa jadi solusi untuk permasalahan umat. Maka dari itu, kami terus meluaskan nilai-nilai sedekah sedekah ini, baik yang sifatnya gerakan maupun aksi kemanusiaan. Kami berharap sedekah tidak hanya membawa kebahagian dan kebaikan bagi suadara-saudara kita yang membutuhkan, tapi bagi kita juga,” ujar N. Imam Akbari.
Serial besutan sutradara M. Dedy Vansophi tersebut menonjolkan keutamaan sedekah, baik untuk diri sendiri, yakni sebagai naungan saat hari akhir tiba dan manusia dikumpulkan di padang mahsyar, maupun untuk orang lain guna meringankan beban dan masalah yang mereka miliki.
Selain itu, serial tersebut juga menanamkan pesan bahwa sedekah dapat dilakukan oleh semua manusia, baik dalam kondisi lapang maupun sulit. Utamanya di bulan Ramadan ini, di mana Ramadan merupakan momen terbaik untuk bersedekah sebagai bagian dari amal saleh.
Penulis sekaligus sutradara M. Dedy Vansophi, atau yang kerap disapa Romo ini menyebut, serial ‘Atap Padang Mahsyar’ ia buat berdasarkan kisah nyata yang berasal dari desanya di Pemalang, Jawa Tengah.
"Jadi saya itu sedang menerbitkan kumpulan cerpen yang semuanya terinspirasi dari cerita-cerita Islam yang saya dapatkan di 'pinggir jalan', atau dari ‘orang-orang kecil’. Nah, salah satunya ceritanya Atap Padang Mahsyar ini. Banyak nilai-nilai langka dalam cerita ini yang berbobot, yang bisa kita sampaikan," ujar Romo.
Cahya Nagara yang memerankan sosok Arul, anak motor yang selengean dan jail namun haus akan ilmu ini mengatakan, ‘Atap Padang Mahsyar’ merupakan serial yang edukatif, karena banyaknya pesan bermanfaat yang bisa didapat saat menonton serial ini.
"Dengan film ini, kita juga diajarkan untuk menghargai orang lain, jangan sampai mengambil hak orang lain, lalu ada beberapa bagian di mana kita diingatkan akan kematian. Banyak sekali manfaat dari film ini, jadi wajib banget ditonton,” ujar Cahya.
Atap Padang Mahsyar sendiri menceritakan Musala Baiturrahman yang atapnya rapuh dan bocor, namun safnya selalu terisi. Suatu hari, sebagian atapnya roboh. Jemaah yang ingin memperbaiki, terkendala dengan pendapatan mereka yang pas-pasan.
Jemaah musala yang punya kebiasaan mendengar ceramah radio bersama-sama, saat itu mendengar ceramah dengan topik Padang Mahsyar. “Matahari di atas kepala. Orang yang kurang beramal akan tenggelam oleh keringatnya sendiri.”
Mereka yang mendengar ceramah tersebut, menjadi cemas dan takut karena memikirkan amalnya yang kurang. Kyai Bukhori sebagai orang yang dituakan, mengajak jemaah untuk bersedekah membangun kembali atap musala yang roboh. Sebagai penenun sarung, kyai akan menenun lebih banyak. Upah membuat sarung akan disisihkan untuk membangun atap musala. Jemaah yang lain pun mengikuti cara kyai, meski profesi mereka berbeda-beda.
Namun nyatanya, usaha jemaah membangun kembali atap musala tersebut tidak melulu berjalan mulus. Terdapat berbagai konflik dan rintangan yang mengganjal usaha bersedekah jemaah.
“Apa saja rintangannya? Yuk saksikan bagaimana serunya aksi Kyai Bukhori bersama para jemaah dalam upayanya mendapat naungan di Padang Mahsyar. Insyaa Allah tayang hanya di Youtube dan Facebook resmi ACT, mulai Jumat ini pukul 17.30 WIB,” ajak Romo.*