Oleh :
Paimun Abdul Karim (Kepala Sub Divisi Pengkajian, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta)
SEPANJANG pagi di hari Jumat, hari terakhir tahun 2021 Jakarta diselimuti mendung dan kabut. Matahari seakan enggan menampakkan diri melepas tahun 2021 menuju tahun baru 2022. Atau menjadi satu pertanda bahwa kita masih dalam ‘kabut’ Covid-19 dengan varian Omicron yang mengancam.
Sudah banyak peristiwa demi peristiwa yang terjadi selama 2021. Pastinya ada banyak hari juga yang patut diingat dan disyukuri bahkan dibanggakan, khususnya oleh umat Islam Jakarta. Dan Jakarta Islamic Centre sebagai Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam di Ibukota Jakarta, kembali menyampaikan catatan akhir tahun terkait dengan perkembangan Islam ibukota selama tahun 2021.
"Paling tidak ada 4 catatan penting Jakarta Islamic Centre mencermati perkembangan keumatan dan keIslaman di Jakarta”, tegas Paimun Abdul Karim
Pertama, Jakarta masih suasana pandemi Covid-19. Sejak awal Maret tahun 2020 hingga jelang pergantian tahun 2021, pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Belum juga menjadi penyakit endemi. Bahkan sebagian pakar menilai dengan masuknya varian Omicron ke Indonesia bakal mengganggu perpindahan ke endemi. Dan sepanjang tahun itu pula lah terjadi buka tutup masjid untuk ibadah kaum muslimin. Lengkap dengan pro kontra di tengah masyarakat terkait penggunaan masker selama ibadah, penerapan social distancing di tempat ibadah serta halal-haram vaksin.
Beruntungnya warga Jakarta karena Jakarta masuk dalam jajaran top 50 kota dengan respons pengendalian Covid-19 terbaik. DKI Jakarta menjadi salah satu kota yang masuk daftar "Covid-19 City Safety Ranking Q2/2021" yang dikeluarkan oleh Deep Knowledge Analytics (DKA), sebuah badan analitik yang berbasis di London. DKA menyusun daftar kota di seluruh dunia dengan respons atau tingkat penanganan COVID-19 terbaik di dunia. DKA meneliti 114 variabel di lima kategori respons pandemi yakni ketahanan ekonomi, pemerintahan, perawatan kesehatan, karantina, dan vaksinasi. (detik.com, 11/11/2021)
Dan salah satu indikator penilaian kota terbaik penanganan pandemi Covid-19 adalah capaian vaksinasi. Gubernur Anies Baswedan mengatakan, capaian vaksinasi dosis pertama warga di Jakarta hingga 10 November 2021, mencapai hampir 10,98 juta orang. Sedangkan, capaian vaksinasi dosis kedua mencapai 8,6 juta orang. Tingginya capaian vaksinasi di Jakarta membuat status PPKM turun dari Level 2 menjadi Level 1. (kompas.com, 12/11/2021)
Hal ini tentunya sangat menggembirakan dan mengembalikan ghirah umat untuk beribadah berjamaah di masjid dan mushola di Jakarta.
Kedua, Jakarta kehilangan ulama-ulama terbaiknya. Tahun 2021 ini mungkin menjadi tahun kesedihan bagi warga Jakarta khususnya Betawi. Paling tidak ada tiga ulama hebat dan kharismatik yang Allah SWT panggil menghadap-Nya selama 2021.
Pada tanggal 27 Mei 2021, Jakarta kehilangan seorang ulama hadits dan ahli falakiyah, yakni KH Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani. Mantan Ketua Umum MUI Prov. DKI Jakarta ini adalah ahli hadits lulusan S-1 dan S-2 Islamic University Medina, Arab Saudi Jurusan As-Sunnah (Hadits). Selain sebagai ulama ahli di bidang hadits, ulama kelahiran Kampung Basmol, Kembangan Utara Jakarta Barat ini juga ahli di bidang falakiyah atau astronomi Islam. Beliau menguasai ilmu falak warisan dari Guru Madjid Pekojan dan ulama falak lainnya. (nu.or.id, 27/05/2021)
Kemudian pada tanggal 10 dan 11 Juli 2021, umat Islam Jakarta dan Indonesia berturut-turut kehilangan KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i dan Dr KH Lutfhi Fathullah. Dua ulama besar dan kharismatik menghadap Allah SWT sebagai syahid.
KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i merupakan putra ulama Betawi legendaris, Singa Podium, KH Abdullah Syafi’i. Sejak kecil hingga menginjak usia dewasa banyak belajar agama Islam langsung kepada ayahandanya sebagai pengasuh Yayasan Pendiidkan Islam As-Syafi’iyah. KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i juga belajar secara langsung kepada para habaib, seperti Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Habib Ali bin Husen Alatas Bungur, Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan, Mufti Johor, Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, dan lainnya. Selain aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan (sindonews.com, 10/07/2021)
Sedangkan Dr KH Luthfi bin Fathullah bin Abdul Mughni merupakan seorang ahli hadits yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang amat dalam serta melek iptek. Kiai Luthfi terlahir dari keturunan ulama, yakni sebagai cucu ulama besar KH Abdul Mughni asal Betawi, yang juga mendirikan sebuah masjid megah bernama Masjid Baitul Mughni. Kiai Luthfi dikenal sebagai Direktur dan pendiri Pusat Kajian Hadits Jakarta, sebuah wadah dan media untuk mengkaji dan menyebarluaskan hadits-hadits Rasulullah SAW serta ikut menjaga kemurnian ajaran Islam, terutama yang bersumber dari Hadis Rasulullah SAW. Terakhir, Kiai Luthfi juga menjabat sebai Ketua BAZNAS (Bazis) DKI Jakarta. Beliau memimpin lembaga tersebut sejak 2019 lalu. (detik.com, 12/07/2021)
Duka cita mengalir deras dari berbagai kalangan umat Islam Indonesia untuk keduanya. Bahkan juga menjadi kehilangan yang amat sangat bagi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Hilangnya ulama menjadi tanda tercerabutnya ilmu dari bumi.
Ketiga, Jakarta terpilih menjadi Kota Literasi Dunia. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau lembaga pendidikan, sains, dan budaya perserikatan bangsa-bangsa memilih Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia pada 8 November 2021. Jakarta masuk sebagai salah satu dari 49 kota lain di dunia yang tergabung dalam jaringan kota kreatif dunia (UNESCO’s Creative City Network) tahun 2021. (kompas.com, 9/11/2021)
Dalam pandangan Islam, penghargaan ini sangat penting karena sejalan dengan Islam. Kemajuan peradaban Islam sangat ditentukan oleh kemajuan literasi masyarakat. Betapa tidak, ayat pertama yang Allah SWT turunkan adalah perintah Iqra', bacalah, dalam surat Al Alaq ayat 1. Dan sepanjang perjalanan hebat peradaban Islam berabad-abad lamanya tidak terlepas dari tingkat literasi yang sangat tinggi pada diri kaum muslimin. Sekali lagi penghargaan ini penting untuk semakin menguatkan tradisi ilmu dan budaya literasi masyarakat Jakarta ke depan.
Keempat, Akhirnya JIC memiliki pemimpin baru. Setelah menunggu lebih dari satu tahun akhirnya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengangkat dan menetapkan pengurus baru Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (JIC) pada tanggal 8 November 2021 lalu. Terpilih tujuh orang ulama dan tokoh masyarakat Jakarta memimpin JIC. Kepala JIC dinakhodai oleh KH Muhammad Subki, Lc, yang didampingi oleh Dr KH Didi Supandi, Lc, MA selaku Wakil Kepala, dan Ir Sukri Karjono menjabat Kepala Divisi Umum. Selanjutnya Ustadz Iqbal Siregar, Lc menjabat Kepala Divisi Takmir Masjid, KH. Nasir Zein, MA selaku Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan, Dr KH Edi Sukardi, M.Pd Kepala Divisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Syariah serta dan M. Zein, M.Si selaku Kepala Divisi Komunikasi dan Penyiaran. Amanah terbesar dari Gubernur DKI Jakarta ketika pengarahan pengurus JIC adalah agar mampu menghadirkan JIC dalam bentangan peradaban dunia.
Akhirnya kita berharap semoga Jakarta ke depan semakin baik, semakin Islami dan memberikan kemajuan dalam segala sendi kehidupan masyarakat. *