Oleh: KH. Bachtiar Nasir
Bismillahirrahmanirrahiim
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada surat Al-Isra ayat 78:
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
"Dirikanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) Subuh! Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."
Allah Azza wa Jalla begitu mengistimewakan shalat Subuh dan selalu menyebutkan secara khusus dibandingkan shalat-shalat di waktu yang lain. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga selalu mengirimkan pasukannya di waktu Subuh. Waktu subuh juga dipilih oleh para pengusaha di zaman Rasul untuk memulai aktivitas bagian yang paling penting dari usahanya.
Sementara menurut para ilmuan, subuh adalah waktu dimana terdapat gas yang sangat berguna bagi otak manusia untuk mempompa kecerdasan. Namun, gas ini hilang seiring munculnya matahari pagi dan tidak akan didapatkan oleh mereka yang kesiangan.
Oleh karena itu ada doa Rasulullah yang luar biasa untuk orang yang bangun subuh, yaitu “Allahumma barik li-ummati fi bukuriha.”
Artinya: “Ya, Allah berikan keberkahan bagi umatku pada permulaan harinya/ pagi hari. (Riwayat Abu Daud dan Thirmidzi).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, "Barang siapa shalat Isya berjamaah, maka ia bagaikan shalat (sunah) setengah malam, dan barang siapa shalat Subuh secara berjamaah, maka ia bagaikan shalat (sunah) semalam penuh." (HR Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Karena itulah yang paling dikhawatirkan oleh musuh-musuh Islam, bukan jumlah pasukan, juga bukan seberapa banyak persenjataan yang dimiliki. Namun, apabila shalat Subuh berjamaahnya kaum Muslimin sudah seperti shalat Jumat.
Maka, wajiblah kita bersedih, apabila punya anak lelaki yang masih shalat Subuh di rumah. Karena, sebenarnya kita sebagai orang tua, belum sukses mendidik anak. Jadi, alangkah baiknya, jika kita doakan di telinganya pada malam hari agar anak kita mau shalat Subuh berjamaah di masjid. Dan, lakukanlah seperti apa yang dilakukan oleh ibunya Ahmad bin Hanbal yaitu menemani anaknya bangun, berwudhu, dan jajari langkahnya ke masjid. Barometer keberhasilan sebuah sistem pendidikan adalah shalat Subuh berjamaah yang didirikan, banyak dihadiri oleh anak-anak dan pemuda.
Orang-orang yang shalat Subuh ini sebenarnya adalah orang-orang yang disaksikan oleh malaikat malam dan malaikat siang. Pergantian malaikat terjadi di kala subuh. Karena itu, kebiasaan Rasulullah dan sahabat adalah memulai aktivitas di waktu subuh.
Dalam banyak hadits digambarkan bahwa orang-orang yang mempersiapkan waktu subuhnya dan melangkahkan kaki untuk berjamaah shalat Subuh di masjid, maka rezekinya di dalam jaminan Allah Ta'ala. Caranya mendapatkan rezekinya tidak seperti ayam yang mematuk beras atau jagung, tetapi laksana membuka keran air yang langsung mengucur, banyak dan berkah.
Kalau ingin mengetahui keluarga itu baik atau tidak, juga lihatlah seberapa banyak anak-anak mereka yang mendirikan shalat Subuh berjamaah. Biasanya, anak-anak yang terbiasa shalat Subuh berjamaah, mayoritas berasal dari keluarga yang terdidik dan memiliki ekonomi yang baik. Oleh karena itu, bila ingin terjadi percepatan kualitas hidup keluarga dan bangsa maka doronglah setiap anggota keluarga untuk shalat lima waktu berjamaah, terutama di waktu subuh.
Jadikanlah masjid kita ramah untuk anak. Masjid yang menerima anak beribadah, lengkap dengan riu-rendahnya canda-tawa mereka. Bila perlu, sediakanlah fasilitas bermain untuk anak-anak dan para ibu yang memperhatikan anak-anak mereka bermain di masjid. Biarkan anak-anak merasa dekat dan nyaman dengan masjid hingga mereka betah berlama-lama di masjid untuk mendengarkan lantunan ayat Al-Quran, meski di sela gelak tawa mereka.
Mendirikan shalat di antara jeda permainan mereka, sekaligus membiasakan mereka shalat tepat waktu. Anak yang ketika kecil terbiasa beraktivitas di masjid, maka ketika remaja pastilah akan merasa masjid sebagai rumah kedua. Merasa nyaman dan berkewajiban untuk meramaikan masjid dengan ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Sehingga masjid bukanlah tempat yang asing, apalagi menakutkan.
Ada kisah tentang seorang mualaf yang baru masuk Islam. Selesai ia menunaikan shalat di sebuah masjid, seseorang memegang pundaknya dan menyapanya. Orang itu bertanya apakah dia lapar dan kesulitan uang. Si mualaf ini kaget, bagaimana mungkin orang tersebut mengetahui kondisi dirinya.
Laki-laki itu kemudian berkata lagi, “Di kampung ini ada orang kaya yang sedang membutuhkan pembantu.” Si mualaf terkejut, menyadari bahwa ia sedang berada di masjid. Alangkah malunya ia, berada di rumah Allah, tetapi mengharap rezeki dari mahluk Allah. Dia kemudian melanjutkan berdzikir. Ia bertasbih 33x, bertahmid 33x, bertakbir 33x, kemudian menyempurnakannya dengan tahlil. Dzikir ini adalah wasiat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa bila membacanya, maka dzikir ini lebih baik dari dunia seisinya.
Si mualaf ini kemudian menyelesaikan dzikirnya dan berkeliling kampung untuk mencari dimana gerangan rumah orang kaya tersebut. Namun, setelah berjam-jam keliling kampung dengan perut yang lapar dan kantong kosong, dia kemudian menyadari bahwa kampung tersebut adalah kampung yang miskin. Tidak ada seorang kaya seorang pun disana. Lelaki mualaf itu pun kembali di masjid. Dilihatnya masjid itu ternyata sangat kotor.
Dia pun tersadar bahwa Allah-lah Yang Mahakaya, yang sekarang sedang membutuhkan bantuannya untuk membersihkan rumah-Nya. Dan, balasannya pasti akan memuaskan. Dia pun segera membersihkan masjid tersebut, sebersih-bersihnya. Menyapu, mengepel, melap kaca dan semua perabotannya, hingga benar-benar berkilau. Setelah selesai, dia kembali tercenung, apa yang bisa dibawanya ke rumah. Perutnya saja kosong, uang pun tak dimilikinya.
Mualaf itu kemudian berjalan kembali ke rumah dengan pikiran yang resah. Setibanya di rumah, istrinya menyambut dengan sangat gembira. Di meja makan telah tersedia masakan yang banyak dan enak. Si lelaki sangat heran, darimana istrinya mendapat uang untuk membeli itu semua.
Setelah makan, si istri pun bercerita bahwa pagi hari tadi, setelah suaminya berangkat mencari rezeki, ada seorang utusan orang kaya yang memberinya sekeping uang emas. Keping uang emas itulah yang dibelanjakannya. Namun, keping emas itu pun tetap utuh karena semua toko yang dimasukinya untuk berbelanja, menyuruhnya mengambil kebutuhan secara gratis karena tidak ada kembalian dari keping emas tersebut.
Itulah berkah dan pertolongan Allah Swt kepada orang-orang yang memuliakan masjid dan berjuang untuk mendirikan shalat berjamaah di dalamnya, terutama shalat Subuh. Allah Ta’ala akan selalu meninggikan derajat mereka dan memberikan rezeki yang dibutuhkan dari arah yang tidak disangka-sangka.*
Tags: Khutbah Jumat, Ust Bahtiar Nasir