Khutbah Jumat Masjidil Haram : Memanfaatkan Usia

Khutbah Jumat Masjidil Haram : Memanfaatkan Usia

Khutbah Jumat Masjidil Haram, 27 Jumadal Ula 1445 H - 29 November 2024

Oleh: Fadhilatusy Syaikh Dr. Bandar Abdul Aziz Balilah

Khutbah Jumat Masjidil Haram, 27 Jumadal Ula 1445 H

Oleh: Fadhilatusy Syaikh Dr. Bandar Abdul Aziz Balilah

"Memanfaatkan Usia"


Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah yang menetapkan takdir dan menentukan batas usia. Aku memuji Allah dan bersyukur kepadaNya dalam keramaian dan kesunyian. Aku bertobat seraya memohon ampunan dariNya di pagi dan petang hari. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagiNya di hadapan dan di arah belakang. Dan aku juga bersaksi bahwa pemimpin dan nabi kita, Muhammad adalah hamba dan utusanNya yang terpilih. Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah bagi beliau beserta keluarga dan para sahabatnya yang suci selama siang dan malam datang silih berganti.

Amma ba'du..

Aku berpesan kepada kalian dan untuk diriku sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah, semoga kalian mendapat rahmat. Hendaklah kalian selalu merasa diawasi olehnya di pagi dan petang hari. Berbekallah kalian untuk hari yang abadi. Sebab hari-hari berlalu dan usia pun habis.

Hamba Allah..

Ketahuilah, bahwa kalian di alam dunia ini akan pergi. Kalian akan beranjak dari rumah-rumah dan istana-istananya. Kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kenikmatan dan syahwat yang ada di dalamnya. Kalian akan dibalas atas segala perbuatan, baik kecil maupun besar. Allah berfirman,

وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًاࣖ

"Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya.” Mereka mendapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun." (QS. al-Kahfi: 49)

Beruntunglah orang yang menyibukkan dirinya dengan ketaatan sepanjang waktu dan memakmurkan hari-harinya dengan ibadah. Dengannya dia meraih sebaik-baik pahala dan balasan di sisi Tuhan pencipta langit dan bumi. Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu bahwasanya seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab, "Siapa yang panjang umurnya dan baik amalannya" Dia melanjutkan, "Siapa pula orang yang paling buruk?" Beliau menjawab, "Siapa yang panjang umurnya dan buruk amalannya." (HR. Imam Ahmad di dalam al-Musnad dan Tirmidzi di dalam al-Jami' dengan sanad yang sahih)

Manusia itu, setiap hari berlalu dari hari-harinya sesungguhnya hanyalah mendekatkan dirinya kepada ajalnya dan menjadikannya semakin dekat dengan akhiratnya. Diriwayatkan dari Abu Darda radhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai anak cucu Adam, sungguh engkau ini hanyalah bilangan hari. Setiap kali hari berlalu, maka sebagian dirimu telah pergi. Wahai anak cucu Adam, sungguh engkau masih terus melenyapkan usiamu sejak hari ketika engkau dilahirkan oleh ibumu." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab az-Zuhd)

Hamba Allah, orang yang bahagia itu adalah siapa yang selalu mengintrospeksi diri, mengevaluasinya, memaksa dan menekannya untuk memanfaatkan waktu. Diriwayatkan dari Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi saw bersabda, "Orang cerdas itu adalah orang yang mampu mengekang jiwanya dan beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang lemah itu adalah orang yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan belaka." (HR. Imam Ahmad di dalam al-Musnad dan Tirmidzi di dalam al-Jami' dengan sanad yang hasan)

Hamba Allah, usia adalah nikmat Allah yang besar dan karuniaNya yang agung, yang hanya diketahui nilainya oleh orang-orang pilihan yang mendapatkan taufiq dan hanya dihargai dengan sebenar-benarnya oleh orang-orang yang mendapatkan ilham dan berbudi luhur. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi saw bersabda, "Ada dua nikmat yang banyak orang merugi padanya, yaitu sehat dan luang." (HR. Bukhari)

Di dunia ini, manusia terbagi menjadi dua kelompok: Pertama, orang yang mengetahui hakikat eksistensinya dalam kehidupan ini dan tujuannya diciptakan oleh Pencipta, yaitu untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dengan itu, dia melawan dirinya dan menentukan tujuannya, serta menghadap ke arah yang menyampaikannya kepada rida Allah. Kedua, orang yang lalai, tertipu, terhalang dan merugi. Dia hanya berlari di belakang syahwatnya dan menjulurkan lidahnya di belakang kenikmatan dunia. Dia melupakan Allah, maka Allah pun menjadikannya lupa terhadap dirinya. Diriwayatkan dari Abu Malik al-Anshari radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah saw bersabda, "Setiap orang membuka harinya, lalu dia menjual dirinya (kepada Allah atau kepada setan). Ada yang membebaskannya dari neraka (dengan ketaatan) dan ada pula yang membinasakannya (dengan dosa)." (HR. Muslim)

Usia adalah perkara yang paling besar yang akan dipertanggungjawabkan oleh seorang hamba kelak di hari kiamat. Diriwayatkan dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah saw bersabda, "Dua kaki seorang hamba tidak akan bergeser kelak di hari kiamat sebelum dia ditanya tentang usianya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya apa yang dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia belanjakan dan tentang fisiknya untuk apa dia gunakan." (HR. ad-Darimi di dalam al-Musnad dan Tirmidzi di dalam al-Jami' dengan sanad yang sahih)

Siapa yang sudah sampai usia empat puluh tahun, maka Allah telah menyempurnakan baginya nikmat akal dan iman, ketajaman dan keseimbangan pandangan. Dia telah mengambil bagian yang banyak dari dunia ini. Oleh karenanya, dia patut untuk banyak bertobat dan mengambil peringatan. Allah berfirman,

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim." (QS. al-Ahqaf: 15)

Allah SWT menjadikan uban yang tumbuh sebagai utusan ajal dan peringatan. Allah berfirman,

اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ

"Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir. (Bukankah pula) telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan?" (QS. Fathir: 37)

Para ulama berkata dalam menafsirkan ayat ini, "Pemberi peringatan itu adalah uban." Lantas bagaimana dengan orang yang telah melewati usia empat puluh dan sudah menginjak usia enam puluh? Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah saw bersabda, "Allah tidak lagi menerima alasan (untuk tidak taat) dari seorang hamba yang usianya sudah menginjak enam puluh tahun." (HR. Bukhari)

Sabda Rasulullah saw, "Allah tidak lagi menerima alasan seseorang" maknanya adalah Allah mencabut alasan bagi orang tersebut, sehingga tidak ada alasan yang bisa ia kemukakan untuk meminta maaf, karena usianya telah mencapai enam puluh tahun. Rasulullah saw bersabda kepada seseorang yang dinasihatinya, "Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, waktu luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu." (HR. al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak dan dia berkata bahwa hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya.

Sesungguhnya salah satu penyebab terbesar terbuangnya waktu dalam hal yang tidak mendatangkan manfaat bagi agama dan dunia seseorang adalah ketidaktahuannya tentang nilai waktu, bergaul dengan orang-orang yang tidak berguna, berangan-angan panjang, kelalaian, lemahnya semangat, menunda-nunda, dan terbawa arus media sosial yang tidak membawa manfaat yang diharapkan. Ketika ajal tiba dan hidup berakhir, maka barulah seseorang menyadari betapa berharganya hidup, berapa banyak waktu yang telah terbuang, dan diapun menyesali apa yang telah lewat dan berharap bisa kembali. Namun sayang, penyesalan tersebut tidak ada lagi artinya, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِۙ * لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku dapat beramal saleh yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Di hadapan mereka ada (alam) barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan." (QS. al-Mu’minun: 99-100)

Hamba Allah, marilah kita mengejar kesempatan yang telah lewat dengan bertaubat, sadar, kembali kepada Allah dan beristighfar. Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada hamba-Nya yang beriman, bertaubat, dan tunduk dengan penuh rasa takut kepada-Nya, bahwa Allah akan mengganti keburukan mereka dengan kebaikan dan kesalahan mereka dengan mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah bagi siapa saja yang bertaubat, kembali, tulus dalam bertaubat dengan melakukan amal saleh, serta menepati kebenaran. Allah Ta'laa berfirman,

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

"Kecuali, orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. Maka, Allah mengganti kejahatan mereka (dengan) kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Furqan: 70)

Demikianlah apa yang saya sampaikan. Saya memohon ampun kepada Allah untuk kita semua dan seluruh kaum muslimin dari segala dosa. Beristigfarlah kepada-Nya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah, Pemilik kemuliaan dan keagungan, Pemilik kekuatan dan kekuasaan. Aku memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia Maha Mengatur segala urusan makhluk dan Dia tidak tidur, Maha Hidup dan Dia tidak mati. Aku bersaksi bahwa pemimpin dan Nabi kita, Muhammad saw adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan atas beliau, keluarga dan sahabat-sahabatnya yang selalu taat dan tunduk, serta para tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat, hari yang tidak ada manfaatnya penyesalan atau diam ketidakberanian untuk berbicara.

Ketahuilah -semoga Allah merahmati kita semua- bahwa Allah Azza wa Jalla dengan ilmu-Nya tentang fitrah hamba-Nya dan keinginan mereka untuk hidup, maka Allah menjadikan bagi mereka berbagai sebab untuk memperpanjang usia. Di antaranya adalah doa, melakukan amal kebaikan, dan menjaga silaturahmi. Rasulullah saw bersabda,

 "Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali amal kebaikan." (HR. Imam Ahmad dalam kitab Musnad dan Tirmidzi dalam kitab Jami’)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada kontradiksi dengan firman Allah Ta'ala,

فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Maka, apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat pun." (QS. an-Nahl: 61)

Begitu pula dengan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim mengenai takdir yang ditentukan bagi janin di dalam rahim ibunya, "Kemudian malaikat diperintahkan untuk meniupkan ruhnya dan mencatat empat hal, yaitu rezeki, ajal, amal, sengsara atau bahagia."  Demikian itu "Bahwa Allah Azza wa Jalla telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim dalam kitab Shahih).  Apa yang Allah tentukan di sisi-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang telah ada sejak dahulu di Lauhul Mahfuz, termasuk doa, amal kebaikan, dan silaturahmi yang dijadikan-Nya sebab usia dipanjangkan dan ajal ditangguhkan. Setiap orang dimudahkan untuk melakukan apa yang telah diciptakan untuknya. Diriwayatkan dalam hadits Imran bin Hushain, 'Seseorang bertanya, "Wahai  Rasulullah, apakah penghuni surga dan penghuni neraka itu diketahui?" Rasulullah saw menjawab, "Ya" Dia bertanya lagi, "Lalu bagaimana amal mereka?" Rasulullah saw bersabda, "Setiap orang dimudahkan untuk melakukan amal yang sesuai dengan apa yang ditakdirkan untuknya. " (HR. Bukhari dan Muslim)

Hamba Allah..

Salah satu amal kebaikan yang paling agung adalah ketika seorang hamba meninggalkan di belakangnya keturunan yang saleh dan diberkahi, yang menjadi umur kedua baginya setelah berpisah dengan dunia ini. Mereka adalah hasil dari amalnya, yang mendoakannya setelah kematian, sehingga pahalanya tercatat di timbangan amal kebaikannya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Imam Ahmad dalam kitab Musnad dan Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad)

Oleh kerana itu, berusahalah, wahai hamba Allah, untuk memberikan pendidikan yang baik dan pembentukan yang saleh bagi putra-putri kita, yang dapat menenangkan hati di dunia dan membuat jiwa bahagia setelah kematian.

Selanjutnya, ucapkanlah shalawat dan salam kepada makhluk Allah terbaik, Muhammad bin Abdullah, sebagaimana diperintahkan Rabb kalian,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam, serta tambahkanlah keberkahan kepada hamba-Mu dan Rasul-Mu, Nabi kami Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Ya Allah, ridailah khulafaurrasyidin yang empat dan imam yang lurus, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta sepuluh sahabat yang dijamin surga, dan para sahabat yang ikut Bai'ah Ridwan serta seluruh sahabat, tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, lindungilah benteng agama ini, dan bantulah hamba-hamba-Mu yang beriman, wahai Rabb Yang Mahakuat lagi Mahateguh.

Ya Allah, hilangkanlah kesedihan orang-orang yang mengalami kedesihan di kalangan muslimin, angkatlah kesulitan orang-orang yang mengalami kesulitan, lunasilah utang orang-orang yang berutang, dan sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kami dan umat Islam.

Ya Allah, jadikanlah kami aman di tanah air kami, berikanlah kebaikan kepada para pemimpin dan pemerintah kami, dan berikanlah dukungan dengan kebenaran serta bimbingan kepada pemimpin dan pemerintah kami, Pelayan Dua Masjid Suci. Ya Allah, anugerahkanlah kepada beliau usia yang panjang, kesehatan dan keselamatan, nikmat yang sempurna dan menyeluruh.  Ya Allah, berikanlah taufik kepada Beliau dan Putra Mahkota yang amanah untuk kebaikan negara dan rakyat, serta muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, wahai Rabb semesta alam.

Ya Allah, hanya Engkaulah Penolong, Pendukung, Pembela, dan Penyokong bagi saudara kami yang tertindas. Ya Allah, bantulah saudara kami di Palestina dan di mana pun mereka berada. 

Ya Allah, lindungilah prajurit kami yang berjaga di perbatasan. Ya Allah, peliharalah mereka dengan mata-Mu yang tidak pernah tidur dan lindungilah mereka dengan perlidungan-Mu yang tak tergoyahkan, wahai Rabb semesta alam.

Ya Allah, jadikanlah kami dari hamba-Mu yang usianya panjang dan berbuat amal kebaikan dalam kesehatan dan keimanan, kebaikan dan berbuat ihsan.

Ya Allah, jadikanlah amal terkahir kami dan akhir usia kami yang terbaik, serta hari kami yang terbaik di saat kami menemui-Mu. Wafatkan kami dan Engkau rida kepada kami tanpa dimurkai, wahai Rabb semesta alam

Ya Allah karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.

Mahasuci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan. Selamat sejahtera bagi para rasul. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. 

 


 





Sebelumnya :
Selanjutnya :