Lahirnya buku ini bukan tanpa sebab, karena perjuangan kemerdekaan Palestina sudah disuarakan sejak proses pembentukan negara Indonesia tahun 1945,
JAKARTA UMMATTV.COM - Hubungan emosional Indonesia dengan Al-Aqso dan Palestina tidak lahir kemarin sore. Bahkan ia lebih dari sekedar romantisme narasi agama yang suci. Dalam konteks Indonesia, pembelaan terhadap Al-Aqso dan Palestina sudah merasuk jauh ke dalam jantung UUD RI 1945 di mukaddimahnya yang dirumuskan oleh founding fathers.
Lahirnya buku ini bukan tanpa sebab, karena perjuangan kemerdekaan Palestina sudah disuarakan sejak proses pembentukan negara Indonesia tahun 1945, karena sama-sama sebagai bangsa terjajah, lalu era Presiden Soekarno yang terus berlanjut hingga era Presiden Prabowo Soebijanto sebagai janji KOMITMEN politik beliau bahwa kita menginginkan kemerdekaan negara Palestina. Maka sebagai anak bangsa kita berkewajiban mendukung penuh amanat agama dan mandat presiden kita soal Palestina.
Mengapa Harus Membaca Taufan Al-Aqsa?
Buku setebal 560 halaman dengan kemasan hard cover ini terdiri dari 3 bab yang berisi 40 artikel, belum termasuk 3 tulisan pelengkap sebagai apendiks bisa dikatakan buku yang memadai untuk mengetahui karakter Zionis Israel secara historis dan bagaimana kita sebagai Muslimin di Indonesia berandil untuk bagian dari pihak yang mengalahkannya pada masa ke depan (insya Allah dalam waktu tidak lama lagi).
Bab pertama pembaca diajak mengenali watak bangsa Yahudi pada masa-masa kenabian. Ada beberapa watak itu diulang oleh Zionis Israel sehingga Muslimin semestinya mempelajari bagaimana Al-Quran dan Sunnah mengarahkan untuk menghentikan langkah-langkah mereka. Sebanyak 10 tulisan dalam bab ini memadai untuk kita mengambil pelajaran bahwa kejayaan Israel hari ini akan sebentar lagi berakhir. Adalah sebuah keniscayaan bagaimana kita menjadi bagian di dalamnya. Dan andil itu diawali dari kepedulian, yang dibahas pada bab ke-2.
Pada bab ke-2 pembaca diajak untuk menjadi bagian dari umat Rasulullah saw yang selalu meletakkan Al-Quds, Baitul Maqdis, di hati. Sebanyak 15 tulisan mengajak pembaca untuk memahami mengapa kita harus mencintai Baitul Maqdis. Di dalamnya juga dibahas perilaku kalangan munafik, termasuk dalam konteks zaman kita sekarang. Yaitu mereka yang melemahkan perjuangan mencintai Baitul Maqdis dengan berbagai retorika dan argumentasi yang sejalan dengan kepentingan Zionis.
Bab ke-3 pembaca diajak ‘terlibat’ dalam peristiwa mutakhir sejak 7 Oktober 2023 yang pada saat kita berkumpul hari ini membuahkan kemenangan bagi para pejuang HAMAS dan faksi pejuang lainnya di Palestina. Bagaimana jejak jalan perjuangan itu, seperti fenomena Abu Ubaidah, dikupas dalam bab yang berisikan 15 tulisan ini.
Bahwa mencintai Baitul Maqdis itu harus dilakukan oleh setiap Muslim, dan ini ditanamkan di tengah keluarga kita. Tulisan di apendiks tentang parenting keluarga pencinta Baitul Maqdis menjadi bacaan bergizi bagi ruhani setiap Muslim.
Buku ini hadir tak sekadar sebagai sajian wawasan dan arsip dokumentasi perjuangan saudara-saudara seiman kita di Palestina. Buku ini hadir dengan pelbagai ikhtiar agar bisa menjadi referensi ilmiah bagi siapa pun. Pembaca diajak dengan kupasan yang mengalir; perulangan bahasan yang mengesankan untuk menguatkan pesan; pencarian tema penting melalui indeks (yang ini tak banyak dilakukan buku-buku keislaman kontemporer). Bahasan buku ini bisa dikatakan A sampai Z dalam menjelajahi jalan untuk menggapai kemenangan di Baitul Maqdis.
Apa yang berlaku hari ini semoga bisa diiringi dengan penambahan ilmu kita. Saya teringat pesan guru saya Prof. Abdul Fattah Al-Awaisi Al-Maqdisi: “Ilmu pengetahuan harus memimpin perubahan, peradaban dan pembangunan.” Karena itulah motto Baitul Maqdis Instiute yang kami resmikan di awal perang Taufan Al-Aqsa bulan Oktober 2023 setelah bertemu dengan As-Syahid Ismail Haniya di Doha, adalah: “Ilmu memimpin pembebasan Baitul Maqdis.” Ilmu sebelum beramal, yang salah satunya dari membaca buku ini.
Dilengkapi ilustrasi dan inforgrafis berwarna dan menarik, buku ini memadai hadir di meja rumah Anda.
Terimakasih kami sampaikan kepada pimpinan YPSP Dr. Ahed Abulatta yang berkenan menerbitkan buku Taufan Al-Aqsa edisi bahasa Indonesia. Juga kepada NPC Bang Onim yang telah menerbitkannya dalam edisi bahasa Inggris berjudul: Opposing The Zionists, Reclaiming Bayt Al-Maqdis.
Terimakasih atas kehadiran dan perhatian para tokoh nasional, alim ulama, anggota parlemen dan Bapak/Ibu seluruh hadirin/hadirat, event ini bukan untuk membesarkan hati penulisnya yang dhaif ini. Perhelatan dan kehadiran Bapak/Ibu semua di tempat ini adalah untuk membesarkan Masjid Al-Aqsa yang namanya tertulis jelas di ayat 1 surah al-Isra’ dan dibaca berulang dalam peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. Mari kita besarkan intensitas hati, mata dan pikiran kita tertuju Baitul Maqdis, kiblat pertama muslimin, masjid kedua di muka bumi dan kota suci ketiga kita. Karena ia adalah wasiat Allah dan Rasul-Nya.
Janji kita, “Terus berjuang dengan segala daya dan upaya sampai Baitul Maqdis merdeka. Sampai jumpa di kompleks suci Masjid Al-Aqsa kita akan melaksanakan shalat futuh 2 rakaat insya Allah.” Takbiir!