Kunjungan luar negeri prioritas ABW

Kunjungan luar negeri prioritas ABW

Anies memiliki komitmen penuh untuk tidak sekedar menyampaikan dukungan kepada Palestina dengan kata-kata dan pidato.

Oleh Shamsi Ali*

Dua hari lalu capres Anies Baswedan memenuhi undangan pendiri dan ketua FPCI (Foreign policy community of Indonesia Dr. Dino Patti Djalal. Dino sendiri adalah salah seorang bintang diplomasi Indonesia, pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk AS dan juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI. 

Bagi saya kedua sosok ini, Anies dan Dino, adalah sosok mutiara bangsa yang highly valuable (bernilai tinggi). Keduanya berwawasan yang tidak lagi diragukan, dengan pemahaman global yang beyond average, serta kemampuan komunikasi yang handal baik dalam bahasa nasional maupun internasional (Inggris). 

Saya sangat tertarik membahas kehadiran Anies di forum FPCI ini, selain karena walaupun saya di bidang pendidikan dan agama, saya juga tertarik dengan isu-isu yang terkait dengan dunia global. Rabu lalu misalnya saya diundang untuk berbicara di sebuah “side event” PBB tentang pentingny a pelarangan dan eliminasi senjata nuklir. 

Intinya saya sangat tertarik mendalami ide-ide para capres tentang hubungan internasional. Sayang dari tiga capres, hanya dua yang hadir di forum ini. Prabowo seperti dalam beberapa forum Dialog terbuka lainnya menghindar untuk hadir. Sampai-sampai Dino bercanda: “pak Anies, jangan khawatir saya sudah di sini”. Merujuk kata-kata Gibran kepada Prabowo ketika itu.

Yang ingin saya bahas kali ini dari pernyataan Anies di forum itu adalah jawaban Anies kepada pertanyaan spontan anak-anak muda tentang kunjungan prioritas jika nanti terpilih menjadi Presiden RI. Bagi saya jawaban itu sangat menarik. Tidak saja karena menggambarkan wawasan dan pemahaman konstalasi global. Tapi juga menggambarkan kedalam spiritual dan ketajaman batin Anies Baswedan.

Ketika ditanya tentang kunjungan prioritasnya jika terpilih sebagaj presiden, Anies menyebut tiga tujuan utama: satu, kembali aktif hadir di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dua, mengunjungi negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dll. Tiga, mengunjungi Saudi Arabia dan ingin berkunjung ke Palestina.

Secara sepintas jawaban ini mungkin normal dan biasa saja. Tapi sesungguhnya memiliki makna filosofis dan strategi yang dalam, sekaligus pesan moral yang penting. Bukan sekedar jawaban kepada anak-anak muda yang bertanya itu. Tapi memiliki makna dan pesan penting yang ingin disampaikan. 

Pertama, ketika Anies menyebut bahwa ke depan dia akan kembali aktif hadir di forum-forum pertemuan PBB New York, saya memahami jawaban ini pada dua sisi. Ada sisi kritikan kepada presiden Jokowi yang tidak pernah sekalipun hadir di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bahkan di saat Indonesia menjadi anggota dan Presiden Dewan Keamanan PBB, Presiden Jokowi tidak pernah hadir. Bahkan juga pada pertemuan tahunan Majelis Umum PBB Jokowi tidak pernah muncul.

Padahal kita ketahui bahwa dengan segala ketidak sempurnaannya PBB adalah pusat diplomasi dunia. Di sanalah berbagai permasalahan dunia dibicarakan. Dari masalah keamanan dan perdamaian, masalah lingkungan dan pembangunan, hingga masalah hak-hak asasi manusia. Di sana pula berkumpul semua  perwakilan negara-negara dunia anggota PBB. Sehingga hadir di forum Majelis Umum PBB memungkinkan Presiden Indonesia untuk berbicara kepada seluruh pemimpin dunia. 

Anies bahkan memastikan bahwa kehadirannya bukan sekedar hadir dan jadi pelengkap. Tapi hadir dengan gagasan-gagasan besar yang mewakili kebesaran Indonesia untuk menjadi masukan bagi solusi permasalahan yang dihadapi oleh dunia. Dan pada tataran ini saya yakin Anies akan mampu tampil dengan meyakinkan. Selain karena memang punya penguasaan global yang cukup. Juga karena Anies memiliki kemampuan komuniasi yang tinggi. 

Kedua, kunjungan prioritas Anies adalah mengunjungi tetangga-tetangga. Jawaban ini sangat strategis. Kerap kali berbagai gangguan terjadi di sebuah negara, bahkan terjadinya instabilitas, karena masalah-masalah yang ada di antara tetangga. Perhatikan apa yang terjadi di berbagai belahan dunia. Di Timur Tengah misalnya antara Iran-Saudi, Iran-UAE, Mesir-Suriah, dll. Demikian pula di Asia Selatan antara Pakistan dan India. Bahkan saat ini perang antara Rusia dan Ukrain.

Maka pilihan mengunjungi tetangga-tetangga sangat tepat. Selain karena memang Islam mengajarkan pentingnya baik kepada tetangga, juga memiliki nilai strategi dalam segala aspek kepentingan nasional, regional dan global. 

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah prioritas kunjungan ke Saudi Arabia dan Palestina. Bagi saya, selain memilki makna strategis yang pentjng, juga bermakna filosofis yang dalam.

Saudi dengan segala kekurangannya adalah rumah bagi dua Masjid yang sangat disunnahkan untuk dikunjungi. Di Mekah Masjidil Haram. Dan di Madinah ada Masjid An-Nabawi. Keduanya adalah dua kunjungan yang bernilai spiritual tinggi dan disunnahkan dengan janji pahala yang besar. 

Tapi selain itu, diakui atau tidak, Saudi adalah kunci strategi bagi penyelesaian berbagai masalah regional Timur Tengah. Saudi, selain Qatar, adalah pemain kunci di Liga Arab maupun OKI. Karenanya bagi Indonesia yang ingin memainkan peranan untuk menyelesaikan isu Palestina, Saudi menjadi pintu utama. 

Tapi yang paling menarik sesungguhnya adalah ketika memilih mengunjungi Palestina sebagai satu dari prioritas itu. Padahal Palestina belum resmi sebagai negara. Tapi Anies telah bertekad untuk mengunjunginya. Baik secara politik, keamanan, apalagi ekonomi mungkn sangat tidak signifikan. Tetapi secara filosofis dan strategi masa depan dunia sangat menentukan. 

Pertama tentu kita tidak melupakan jasa Palestina yang pertam kali mengakui kemerdekaan RI. Dan kakek Anies Baswedan menjadi salah satu tokoh kunci dalam proses itu. Tapi yang tidak kalah pentingnya juga adalah bahwa Palestina  adalah rumah bagi al-Masjid al-Aqsa yang memiliki nilai spiritual yang tinggi, tempat Isra’ dan mi’raj serta sangat disunnahkan untuk dikunjungi oleh Rasulullah SAW. 

Tapi sesungguhnya yang tidak kalah pentingnya juga dari prioritas ini adalah karena Anies memiliki komitmen penuh untuk tidak sekedar menyampaikan dukungan kepada Palestina dengan kata-kata dan pidato. Tapi dukungan dalam makna penyelesaian dan kemerdekaan bangsa Palestina. Dorongan ini tentunya selain dorongan keagamaan dan kemanusiaan, juga karena dorongan kebangsaan seperti yang damanahkan oleh UUD 45.

Demikian yang dapat dipahami dari jawaban-jawaban yang Anies sampaikan kepada anak-anak muda di acara FPCI dua hari lalu. Dari diskusi yang terjadi pada forum itu akan menarik untuk dikaji dalam tulisan-tulisan di hari-hari mendatang. InsyaAllah! 


Jamaica Hills, 3 Desember 2023 

* Presiden Nusantara Foundation

Sebelumnya :
Selanjutnya :