Sebagai umat Muslim, kita diajarkan bahwa tujuan utama dari puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, yang taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala.
Oleh : Ust Suyud Arif,M.Ag
(Dosen FAI UIKA Bogor)
Puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum. Lebih dari itu, puasa memiliki makna yang sangat dalam, yang seharusnya bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Muslim, kita diajarkan bahwa tujuan utama dari puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, yang taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dari ayat ini kita belajar bahwa inti dari puasa adalah untuk mencapai takwa. Takwa adalah keadaan di mana seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah, baik dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, maupun dalam setiap aktivitas yang dijalani. Ini adalah kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap amal perbuatan kita, yang mendorong kita untuk selalu berbuat baik, menghindari yang haram, dan menjaga niat kita agar selalu murni hanya untuk-Nya.
Takwa seharusnya mempengaruhi segala aspek kehidupan kita, termasuk dalam mencari nafkah. Rasulullah SAW bersabda:
"Mencari yang halal itu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)
Allah memerintahkan umat-Nya untuk selalu mencari rezeki yang halal, sebab harta yang halal adalah berkah dan menjadi penyebab kebahagiaan dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tergoda untuk mencari jalan pintas melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan syariat, seperti korupsi, penipuan, atau kecurangan lainnya. Tindakan seperti ini tentu saja bertentangan dengan prinsip takwa, karena kita tidak menjaga kehalalan harta yang kita peroleh.
Sebagai umat Islam, kita harus memahami bahwa harta dan anak-anak adalah bagian dari ujian hidup. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahf ayat 46:
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Tetapi amal yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik harapan-Nya." (QS. Al-Kahf: 46)
Kecintaan berlebihan terhadap harta dan anak-anak seringkali bisa menjauhkan seseorang dari tujuan hidup yang sejati, yaitu mencari ridho Allah. Harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk kehidupan yang lebih baik dan mendukung amal kebaikan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam mengelola harta dan anak-anak kita, agar tidak terjebak dalam kecintaan yang berlebihan terhadap dunia yang fana ini.
Puasa mengajarkan kita untuk mengendalikan nafsu dan lebih memfokuskan diri pada ibadah dan takwa. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mempertanyakan kembali cara kita mencari nafkah. Jangan sampai kita tergoda untuk memperoleh harta dengan cara yang haram atau curang, yang akhirnya hanya akan menambah dosa, bukan berkah. Allah berjanji dalam Surah At-Talaq ayat 3:
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 3)
Bila kita bertakwa dan mencari rezeki yang halal, Allah akan memberikan kemudahan dan keberkahan yang tidak terduga. Allah berjanji akan mencukupkan kebutuhan hamba-Nya yang bertawakal dan beriman.
Terkadang, banyak orang yang merasa cemas dan takut tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun, Allah telah menjamin bahwa Dia akan memberi rezeki kepada setiap makhluk-Nya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 31, Allah mengingatkan:
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami memberikan rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa besar." (QS. Al-Isra’: 31)
Ini mengajarkan kita bahwa ketakutan akan kekurangan rezeki adalah sesuatu yang tidak perlu. Allah yang Maha Pemurah telah menjamin rezeki untuk setiap hamba-Nya. Jadi, sebagai umat Islam, kita harus yakin dan berusaha untuk mencari rezeki yang halal tanpa harus merasa cemas atau takut akan miskin.
Puasa mengingatkan kita untuk selalu menjaga takwa kepada Allah. Ketika kita menahan diri dari makan dan minum, kita juga dilatih untuk menahan diri dari segala godaan duniawi. Maka, apabila seseorang menjalankan puasa dengan baik, seharusnya ia juga bisa mengendalikan dirinya dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam mencari nafkah, mendidik anak, dan berinteraksi dengan sesama. Ini adalah bentuk penerapan takwa yang seharusnya bisa mengarahkan kita kepada hidup yang lebih baik dan penuh berkah.
Kesimpulan
Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi lebih dari itu, ia adalah sarana untuk mengembangkan takwa dalam diri kita. Dengan menjalankan puasa dengan penuh ikhlas, mencari rezeki yang halal, dan menjaga hati agar tetap fokus pada tujuan akhir yaitu kehidupan akhirat, kita akan mencapai kebahagiaan yang hakiki. Semoga kita bisa terus meningkatkan kualitas puasa kita, dan menjadikan takwa sebagai prinsip dalam setiap aspek kehidupan kita. Aamiin.
(Tulisan diatas merupakan intisari dari cermaha tarawih Ramadan ke 6 di Masjid Al Itisham Budi Agung Bogor)