UMMATTV JAKARTA--Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin mengumumkan berdirinya Humanity Medical Services (HMS). Lembaga kesehatan ACT ini didedikasikan untuk masyarakat miskin.
“Spirit HMS adalah kemanusiaan. Jika hari ini kapitalisasi kesehatan makin hebatnya, maka HMS akan melayani masyarakat miskin. Tak hanya di Tanah Air, tapi di seluruh penjuru dunia,” ungkap Ahyudin saat konferensi pers di kantor ACT, Menara 165, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Jumat (11/12/2020).
Dikatakan Ahyudin, HMS ini melanjutkan Global Medical Action yang juga didirikan oleh ACT. Misi kemanusiaan bidang medis ini dirasa perlu dilanjutkan, karena kesehatan menjadi isu penting.
Ahyudin melanjutkan, isu kesehatan tak hanya menjadi tantangan masa kini. Tetapi juga menjadi tantangan masa depan. Peperangan dan konflik manusia tetap menjadi ancaman nyata pada masa mendatang.
“Kita tak akan menunggu terjadi peperangan untuk membangun jaringan lembaga medis internasional. Sedia payung sebelum hujan,” ungkap Ahyudin.
Untuk menuju ke arah sana, pada 2021 ditargetkan satu juta dokter di penjuru dunia bergabung pada jaringan HMS. Sementara lingkup nasional, ditargetkan di seluruh Kota dan Kabupaten hadir HMS.
“Kita akan membangun jaringan relawan. Membuat jaringan HMS. Didirikan 62 negara jaringan HMS,” jelas Ahyudin.
Direktur HMS, dr. Muhammad Riedha mengatakan kehadiran HMS diharapkan menjadi solusi permasalahan kesehatan. Ia mencatat masalah kesehatan bayi dan tingginya kematian ibu saat melahirkan perlu menjadi perhatian.
Riedha berharap, para tenaga medis mau bergabung bersama HMS. “Kami di HMS sangat bersemangat. Gerakan ini tidak bisa dijalankan sendiri tapi perlu kolaborasi,” ujar Riedha.
Keberadaan dokter atau tenaga medis di wilayah pedalaman menjadi hal yang langka. Kedepan, jaringan dokter HMS ini diharapkan menjadi jawaban.
Relawan medis ACT, dr. Arini Retno, keberadaan dokter di wilayah terpencil memang sangat dibutuhkan. Arini yang pernah ditugaskan di pedalaman Asmat merasa prihatin dengan kondisi layanan kesehatan di sana.
“Di sana tak ada dokter. Mereka senang sekali dengan kedatangan dokter. Dari satu pasien saya bisa menangani dua masalah kesehatan sekaligus,” ujar Arini.*