UMMATTV, BANDUNG--Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP3M) PP Muhammadiyah Maskuri mengatakan bahwa pesantren Muhammadiyah secara kuantitif masih sedikit. Padahal Pondok Pesantren itu basis untuk melahirkan kader yang tafaqquh fiddin, kader yang penguasaan agamanya bagus. Hal ini disampaikannya dalam kajian Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan PW ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Selasa (11/01).
“Pesantren Muhammadiyah masih sedikit dan masih belum merata, belum terkelola secara profesional, belum menghasilkan lulusan dengan kualifikasi yang diharapkan dan belum didukung data yang akurat,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka ini.
Maskuri membeberkan, saat ini data pesantren Muhammadiyah sebanyak 402 pesantren di seluruh Indonesia. Data tersebut merupakan capaian yang menggembirakan mengingat lembaga yang mengurusi pesantren ini baru dibentuk pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar. Namun, bila dibandingkan dengan amal usaha Muhammadiyah yang lain terutama dalam bidang pendidikan, jumlah pesantren masih terbilang minim.
“Data pesantren sebagai amal usaha hanya bagian kecil. Dari 34 provinsi di Indonesia, yang ada pesantren Muhammadiyah 27 provinsi. Sementara sisanya 7 provinsi seperti Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua belum ada pesantren (Muhammadiyah) sama sekali. Saya kira ini PR,” terang Maskuri.
Tujuan keberadaan pesantren Muhammadiyah, kata Maskuri, ialah menyiapkan lulusan yang berkompeten menjadi kader ulama dan zu’ama. Minimal menjadi pendidik yang mampu berjuang dan berkontribusi positif bagi pembangunan dan kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara. Di samping itu dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antarumat beragama, sekaligus menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat guna menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis.
Sementara itu, profil lulusan pesantren Muhammadiyah harus bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, berpikir maju, mampu membaca Al Quran, memiliki hafalan minimal 5 juz, hafal 250 hadis, menjadi pendidik, mandiri dan berjiwa wirausaha, memiliki kompetensi kepemimpinan, memiliki keterampilan sosial, mampu membaca turats, dan mahir berbahasa Arab dan Inggris.
“Dalam jangka panjang, kita berharap hingga tahun 2040 dapat mewujudkan pesantren Muhammadiyah yang bertata kelola profesional, modern dan islami, menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan berwawasan internasional, dan secara kuantitatif bertambah serta merata di seluruh Indonesia,” kata Maskuri.*
Sumber: Muhammadiyah.or.id