Oleh: Ustadz Agusman[1]
Tidak sedikit di antara orang tua pada hari ini menyimpan harapan besar pada anak-anaknya di masa depan. Sebagian mereka telah menyiapkan tabungan pendidikan untuk ananda. Mereka bahkan memilihkan sekolah yang sesuai visi misi sukses orang tua. Sebagian yang lain menetapkan step by step jalur yang harus dilalui sang anak. Semua ini merupakan beberapa instrumen pendukung dan penunjang kemudahan bagi keberhasilan sang anak. Namun sayang mereka lupa memenuhi syarat wajib bagi seorang penuntut ilmu sebelum dan ketika anak berada di medan juang.
Para ulama menasehatkan kepada para penuntut ilmu, setidaknya ada 2 hal yang harus menjadi pondasi seseorang dalam memulai menyelami samudra ilmu.
Pertama, Niat yang Benar
Niat yang benar adalah yang disandarkan pada keridha’an Allah,[2] bukan pada yang lainnya. Berangkat dari sinilah Allah akan memberikan 1000 jalan kemudahan dalam menyelami ilmu..
Maka seorang penuntut ilmu mesti memeriksa kembali niatnya, kemana condongnya dan atas apa ia berjuang di jalur itu.
Selain itu niat ini bukan perkara di awal saja, melainkan terus dipertahankan hingga nafas terakhir yang Allah karuniakan. Jadi niat mesti dibenarkan di awal, dijaga kemurniannya dalam proses dan dipertahankan hingga akhir..
Kedua, Adab
Yah… Adab, sebagian penuntut ilmu terburu-buru masuk pada perkara inti dalam konten ilmu, sampai lupa bahwa ada aspek penting yang mesti disertakan saat bersama ilmu yaitu adab.[3]
Penuntut ilmu harus beradab terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, beradab terhadap yang menyampaikan ilmu dan beradab terhadap ilmu yang akan dipelajarinya..
Dua bekal ini mesti menjadi bekal dasar seorang penuntut ilmu. Maka seyogyanya orang tua pun sedini mungkin menanamkan perkara ini kepada anak-anak mereka sebelum masuk ke medan perjuangan dalam menuntut ilmu.[4] [] ed: sym
[1] Penulis adalah Kepala SMA Al-Qur’an Wahdah Islamiyah Cibinong Bogor dan Mahasiswa Program Doktor Kaderisasi Seribu Ulama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia angkatan 2021.
[2] Ilmu adalah sesuatu yang mulia. Namun kemuliaan ilmu hanya dapat diraih jika mencari ilmu dibangun di atas niat yang benar dan tulus. Yakni niat Lillahi Ta’ala. Ibnu Mbarak mengatakan “Tidak ada sesuatu yang lebih utama dari mencari ilmu yang diniatkan karena Allah, dan tidak ada sesuatu yang dibenci oleh Allah selain mencari ilmu bukan karena Allah”. (Adab Syar’iyyah)
Menuntut ilmu tanpa niat mencari ridha Allah justru dapat menjadi bumerang bagi seseorang. Rasul mengingaatkan, orang yang tidak meniatkan belajar ilmu nya untuk Allah akan sia-sia. Bahkan tidak akan mencium aroma syurga. Rasul bersabda, “Siapa yang mempelajari satu ilmu dari ilmu-ilmu yang mesti dipelajari karena Allah azza wajalla seperti ilmu syar’i tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi maka dia tidak akan bisa mencium baunya surga pada hari kiamat”. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah).
[3] Imam Malik bin Anas menasehatkan, ‘’ta’allamal adab qabla an tata’allamal ilma; pelajarilah adab sebelum kamu belajar ilmu”.
[4] Saking pentingnya masalah adab, Imam Ibnul Mubarak mengaku belajar adab selama 30 tahun, dan belajar ilmu selama 20 tahun.