#22 Sini duduk Samping Aku : MINDSET & PERILAKU FAST FASHION

#22 Sini duduk Samping Aku : MINDSET & PERILAKU FAST FASHION

Industri fast fashion memberikan dampak yang besar terhadap perilaku masyarakat, termasuk komunitas Muslim di seluruh dunia.

Fast fashion adalah industri pakaian yang mengedepankan produksi massal dengan siklus cepat, di mana desain, produksi, dan distribusi pakaian dilakukan dalam waktu yang sangat singkat untuk mengikuti tren terbaru. Fenomena ini telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir dan menciptakan dampak yang besar, baik dari segi sosial, ekonomi, budaya, maupun lingkungan. Dalam konteks ini, fenomena fast fashion juga memengaruhi perilaku masyarakat global, termasuk komunitas Muslim di seluruh dunia. Dalam tulisan ini, kita akan menganalisis bagaimana fast fashion memengaruhi perilaku masyarakat, dengan fokus khusus pada masyarakat Muslim, yang dikenal dengan prinsip-prinsip etika yang mendalam dalam aspek kehidupan kita, termasuk dalam memilih pakaian.


Motivasi Pabrik Industri Fast Fashion

Industri fast fashion didorong oleh sejumlah faktor, termasuk kebutuhan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang, mengejar keuntungan besar, dan memanfaatkan kemajuan teknologi yang memungkinkan produksi masal dengan biaya rendah. Perusahaan-perusahaan besar seperti Zara, H&M, dan Uniqlo menciptakan pakaian dengan desain terbaru dan cepat diproduksi untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah. Mereka mengandalkan pemasok dari negara-negara dengan biaya tenaga kerja yang rendah seperti Bangladesh, India, dan Vietnam, di mana proses produksi dapat dilakukan dengan harga murah.

Teknologi digital, khususnya media sosial, juga turut berperan dalam mempercepat siklus tren mode. Pakaian yang dikenakan oleh selebriti, influencer, dan model di media sosial dapat diproduksi dan tersedia di pasar dalam waktu sangat singkat. Hal ini menciptakan apa yang disebut dengan "impulsifitas konsumen," di mana orang merasa terdorong untuk membeli pakaian baru setiap kali ada tren yang muncul, meskipun itu tidak diperlukan atau bahkan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.


Dampak Fast Fashion terhadap Perilaku Masyarakat

Fast fashion memiliki dampak yang sangat besar terhadap perilaku konsumen di seluruh dunia. Dalam konteks ini, ada beberapa aspek perilaku masyarakat yang perlu dianalisis, seperti pola konsumsi, budaya materialisme, dan persepsi terhadap nilai estetika dan etika.


Pola Konsumsi yang Berlebihan

Fast fashion telah mendorong pola konsumsi yang berlebihan, di mana individu merasa perlu untuk membeli pakaian baru setiap kali ada tren yang muncul. Hal ini menimbulkan dampak pada kebiasaan belanja yang terus-menerus, di mana konsumen cenderung membeli barang lebih banyak daripada yang mereka butuhkan. Fenomena ini semakin diperburuk dengan adanya diskon besar-besaran dan promosi yang mendorong pembelian impulsif. Pola konsumsi ini, meskipun memberi kepuasan jangka pendek, dapat menciptakan ketidakpuasan dan rasa tidak pernah cukup, yang kemudian memengaruhi kualitas hidup individu.


Budaya Materialisme dan Keinginan untuk Menyamai Standar Sosial

Konsumsi barang-barang mode yang murah dan cepat telah mendorong munculnya budaya materialisme di kalangan masyarakat. Keinginan untuk memiliki pakaian baru dan mengikuti tren fashion sering kali dijadikan tolok ukur status sosial. Masyarakat merasa bahwa mereka harus memiliki barang-barang mode terbaru untuk dapat diterima dalam lingkaran sosial tertentu, atau untuk menunjukkan bahwa mereka mampu hidup sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh media dan influencer.

Fenomena ini mengarah pada apa yang disebut dengan "conspicuous consumption" (konsumsi yang mencolok), di mana orang membeli barang bukan hanya karena kebutuhan fungsional, tetapi juga untuk memamerkan status atau identitas sosial mereka. Dalam konteks ini, fast fashion berperan sebagai alat untuk mencapai status sosial tersebut.


 Penyimpangan Etika dan Moral dalam Konsumsi

Fast fashion juga dapat menimbulkan penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan etika dan moralitas. Dalam banyak kasus, produksi pakaian murah dilakukan dengan mengabaikan hak-hak pekerja, terutama di negara-negara berkembang. Pabrik-pabrik fast fashion sering kali mempekerjakan pekerja dengan upah rendah dan kondisi kerja yang tidak manusiawi, serta tidak memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.

Bagi komunitas Muslim, yang memiliki ajaran moral dan etika yang kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam konsumsi, fenomena fast fashion ini menimbulkan pertanyaan penting. Dalam Islam, prinsip keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan sangat ditekankan. Allah SWT dalam Al-Qur'an memerintahkan umat-Nya untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam berbelanja dan mengonsumsi barang-barang material. Misalnya, dalam Surah Al-A'raf (7:31), Allah berfirman, “Wahai anak cucu Adam, ambillah hiasanmu pada setiap masjid, dan makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Prinsip ini berlawanan dengan budaya fast fashion yang mendorong konsumsi berlebihan dan berorientasi pada kepuasan instan. Oleh karena itu, fast fashion bisa memengaruhi perilaku konsumsi umat Muslim, terutama dalam hal memilih barang yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan.


Dampak Fast Fashion bagi Muslim di Seluruh Dunia

Masyarakat Muslim, yang seringkali memegang teguh prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari, juga tidak lepas dari dampak fast fashion. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam dampak fast fashion terhadap Muslim antara lain adalah persepsi terhadap pakaian, identitas Islam, dan kesejahteraan umat.


Pakaian dan Identitas Islam

Pakaian merupakan elemen penting dalam identitas Muslim, yang tidak hanya terkait dengan mode, tetapi juga dengan prinsip kesopanan (aurat) yang diajarkan dalam Islam. Industri fast fashion sering kali mengabaikan nilai-nilai ini, dengan memproduksi pakaian yang seringkali tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dalam Islam. Pakaian yang diproduksi dalam industri fast fashion cenderung menonjolkan potongan dan desain yang lebih terbuka, yang bisa bertentangan dengan prinsip hijab dan pakaian tertutup dalam Islam.

Namun, dengan adanya desain modest fashion (pakaian yang sopan), beberapa merek fast fashion mulai menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa industri fast fashion dapat beradaptasi dengan tuntutan moral dan etika tertentu jika ada permintaan pasar yang kuat. Namun, tantangan utama tetap ada dalam soal keberlanjutan dan etika produksi, yang seringkali tidak dipedulikan oleh banyak perusahaan.


Kesejahteraan Umat dan Keberlanjutan

Islam menekankan pentingnya menjaga kesejahteraan umat dan menjaga bumi sebagai amanah dari Allah. Fast fashion, dengan proses produksinya yang merusak lingkungan, berkontribusi pada kerusakan ekosistem dan perburuan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Muslim yang peduli akan keberlanjutan dapat merasa tergerak untuk memilih produk yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, meskipun harga barang tersebut mungkin lebih tinggi.


Kesimpulan

Industri fast fashion memberikan dampak yang besar terhadap perilaku masyarakat, termasuk komunitas Muslim di seluruh dunia. Meskipun fast fashion memenuhi kebutuhan konsumen akan pakaian yang murah dan cepat, namun ia juga membawa dampak negatif, seperti pola konsumsi yang berlebihan, budaya materialisme, dan pelanggaran terhadap prinsip moral dan etika. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk kembali merenungkan prinsip-prinsip ajaran Islam terkait dengan keberlanjutan, keadilan sosial, dan kesederhanaan dalam konsumsi, agar tidak terjebak dalam pola konsumsi yang merugikan diri sendiri dan masyarakat.

Sah sah saja untuk fashionable, tapi jika hanya untuk pamer dan wahana untuk mendapatkan validasi orang lain, ya justru salah kaprah.

Supaya tidak salah kaprah, Sini duduk samping aku.


Radja M Noor

Sebelumnya :