Charger Nasionalisme di Pondok Pesanteren

Charger Nasionalisme di Pondok Pesanteren

Jika jiwa nasionalisme itu ibarat HP atau gadget , sudah semesteinya setiap komponen bangsa menjadi charger nasionalisme ...

Oleh : Muh. Ilyas.

Apa jadinya dunia tanpa charger ? tentu diera digitaslisasi ini kita akan menemukan kegalauan massal saat HP low batt. Kaum generasi Z akan merasakan ledakan kegalauan karena mungkin tidak bisa lagi upload foto narsis mereka di sosial media.

Jika jiwa nasionalisme itu ibarat HP atau gadget , sudah semesteinya setiap komponen bangsa menjadi cahrger nasionalisme yang meberikan energi kepada generasi bangsa ini dalam menjalani hari-harinya dinegeri yang merdeka.

Negeri Indonesia yang pada tahun 2024 ini, akan berusia 79 tahun sejak merdeka di tahun 1945, tentu adalah kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945, adalah atas berkat Rahmat Allah SWT yang maha kuasa. Kalimat ini tentu Charger nasionalime dizaman ini bahwa bangsa Indonesia tidak bisa dilepasakan dengan dunia kepesanterenan dan berbagai hal yang berada didalamnya tanpa menihilkan peran kelompok-kelompok komunitas lainnya.

Tokoh Islam yang tidak bisa dipisahkan dengan kepesantrenan telah menjadi charger awal dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan negeri ini, seperti beberapa tokoh yang sekaligus bergelar Kyai yang memiliki jasa dan perang penting dalam kemerdekaan. Misalnya, Haji Agus Salim, Kyai Haji Hasyim Asyh”ari, Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim, Haji Omar Said Tjokrominoto, Muhammad Natsir, Abd Kahar Mudzakkir. Muhammad Roem dan lain-lain.

Mereka semua adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri telah menjadi sumber inspirasi dan charger yang memeberikan energi perjuangan agar negeri ini merdeka dan menjadi negeri yang dilimpahi kebaikan dan ampunan tuhan yang maha esa.

Untuk merawat rasa nasionalime generasi Z maka Pondok Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam yang umumnya ada di Indonesia. Di dalam pondok pesantren, pendidikan agama Islam diberikan bersamaan dengan pendidikan umum, dan para santri tinggal di lingkungan pesantren untuk mendalami ilmu agama dan berlatih menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

Merawat nasionalisme di pondok pesantren adalah upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai cinta tanah air dan kebangsaan ke dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren. Pondok pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam sudah sejak dahulu, memiliki peran penting dalam membentuk karakter santri, dan bisa juga berkontribusi dalam membangun rasa nasionalisme.

Beberapa cara untuk merawat dan memperkuat nasionalisme di pondok pesantren 1. Integrasi Kurikulum mengintegrasikan pelajaran tentang sejarah bangsa, Pancasila, dan undang-undang dasar negara ke dalam kurikulum pendidikan pesantren. Ini membantu santri memahami konteks nasional dan sejarah negara mereka, 2. Pelatihan Kewarganegaraan dengan menyelenggarakan pelatihan atau kegiatan tentang kewarganegaraan dan hak serta kewajiban sebagai warga negara. Ini bisa mencakup seminar, diskusi, atau lokakarya, 3. Upacara Bendera Mengadakan upacara bendera secara rutin. Ini adalah cara simbolis untuk menanamkan rasa nasionalisme dan mengingatkan santri tentang pentingnya penghargaan terhadap simbol-simbol negara, 4. Peringatan Hari Nasional Merayakan hari-hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Pahlawan, dan lainnya dengan kegiatan yang sesuai. Misalnya, mengadakan lomba atau diskusi tentang tokoh-tokoh nasional dan peran mereka dalam sejarah serta terlibat langsung dalam anggota paskibraka baik ditingkat kecamatan dan Kabupaten serta masih banyak lagi contoh lainnya.

Dengan mengimplementasikan beberapa poin diatas , pondok pesantren tidak hanya berperan dalam pendidikan agama seperti Pendidikan Karakter yang mengajarkan nilai-nilai seperti Al-Quran, hadist, toleransi, gotong royong, dan kepedulian sosial yang merupakan bagian dari semangat kebangsaan yang bisa dilakukan melalui pengajaran langsung atau melalui teladan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, tetapi juga membangun semangat nasionalisme di kalangan santri.

Untuk membangun semangat nasionalisme di kalangan santri pondok pesantren, maka Kurikulum dan Pengajaran harus ter Integrasi Kurikulum Nasional, Integrasikan materi tentang sejarah Indonesia, Pancasila, dan UUD 1945 dalam kurikulum pesantren secara terstruktur. Meskipun fokus utama adalah pendidikan agama, pemahaman tentang negara dan sejarahnya sangat penting, begitu juga dengan Literasi Kewarganegaraan ajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dan hak serta kewajiban sebagai warga negara. Materi ini dapat diintegrasikan dengan pembelajaran agama sehingga santri memahami pentingnya kedua aspek ini secara bersamaan.

Pada akhirnya Pondok pesantren memiliki potensi besar dalam merawat dan memperkuat nasionalisme di kalangan santri. Sebagai lembaga pendidikan Islam yang sering kali memiliki pengaruh kuat dalam membentuk karakter dan nilai-nilai santri, pesantren dapat memainkan peran sentral dalam menanamkan semangat kebangsaan.

Santri yang yang merupakan generasi muda, berada dalam tahap perkembangan karakter dan pemahaman mereka tentang kebangsaan. Pesantren memiliki kesempatan untuk membentuk pemahaman dan semangat nasionalisme sejak dini dan siap menjadi bagian penting dalam mempertahkan kemerdekan Indonesia sepajang hayat.

Mempertahankan kemerdekaan sepanjang hayat berarti santri memahami dan mengingat sejarah bangsa mereka sebagai bagian integral dari pendidikan mereka. Sejarah bangsa tidak hanya memberikan pemahaman tentang asal-usul dan perjuangan negara, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai dan identitas nasional.







Sebelumnya :
Selanjutnya :