Jual Harley Davidson untuk Bangun Masjid dan Pesantren

Jual Harley Davidson untuk Bangun Masjid dan Pesantren

Keinginan Willi mendirikan pesantren lahir dari tekad sederhana: ingin meninggalkan jejak kebaikan. Bersama istri dan anak-anaknya, ia mendirikan Pesantren Ittihadul Ummah pada tahun 2020.

Oleh : Anwar Aras

Di tengah heningnya alam Pangandaran yang dikelilingi hutan dan hijaunya perbukitan, berdiri sebuah pesantren sederhana namun sarat makna: Pesantren Ittihadul Ummah. Di balik berdirinya pesantren ini, terdapat kisah inspiratif seorang Aparatur Sipil Negara bernama Willi Agustin. Kisahnya bukan hanya tentang membangun pesantren dengan dana pribadi, tapi juga tentang melepaskan sesuatu yang dicintai di dunia, demi mengejar ridha Allah di akhirat.

Salah satu simbol perjuangan Willi yang paling menyentuh adalah masjid mungil di tengah area pesantren. Masjid itu tampak unik dengan perpaduan warna kuning dan oranye yang hangat. Tapi lebih dari sekadar warna, ada cerita luar biasa di baliknya. Masjid itu dibangun dari hasil penjualan motor kesayangan Willi, sebuah Harley Davidson—motor besar yang telah menemaninya bertahun-tahun.

“Saya berharap, meskipun saya lepas Harley di dunia, semoga saya bisa mengendarai sesuatu yang lebih baik di surga nanti,” ucap Willi lirih kepada penulis, menahan haru.

Sisipkan gambar ...

Obesesi Besar untuk Dirikan Pesantren 

Keinginan Willi mendirikan pesantren lahir dari tekad sederhana: ingin meninggalkan jejak kebaikan. Bersama istri dan anak-anaknya, ia mendirikan Pesantren Ittihadul Ummah pada tahun 2020. Pesantren ini didanai sepenuhnya oleh dana pribadi, tanpa sponsor besar atau bantuan pemerintah. Ia menyadari, pendidikan agama yang kuat adalah pondasi utama dalam membangun generasi yang berakhlak dan bermanfaat.

Kini, setelah lima tahun berjalan, pesantren ini sudah menampung 42 santri dari berbagai jenjang usia, mulai dari SD kelas 2 hingga SMA kelas 3. Mereka mendapatkan pendidikan agama dan umum secara gratis.

Adanya  Tantangan ke Dukungan Masyarakat

Di awal perjalanannya, tantangan terbesar justru datang dari masyarakat sekitar. Banyak yang belum memahami tujuan dari pesantren ini. Sebagian bahkan meragukannya. Mereka menyangka dengan berawal dari Yayasan ini ada pungutan ke masyarakat sekitar. Namun, perlahan masyarakat mulai melihat manfaat nyata yang diberikan. Anak-anak mereka yang dulunya jauh dari pendidikan agama, kini tumbuh menjadi pribadi yang sopan dan cerdas.

“Masyarakat sekitar mulai mendukung, bahkan banyak anak mereka yang sekarang mondok di sini. Meski sekolah formalnya di luar, sore harinya mereka belajar di pesantren,” kata Willi.

Mengatur Waktu sebagai ASN dan Pengasuh Pesantren

Sebagai ASN di Inspektorat Kabupaten Pangandaran, Willi harus membagi waktunya secara cermat. Setiap hari kerja dari pagi hingga sore, ia menjalani tugas sebagai pegawai negeri. Namun begitu jam kantor selesai hingga malam hari, ia kembali mengenakan peran sebagai pendidik di pesantren.

Dari pukul 17.00 hingga 21.00, ia mengajar para santri, terutama dalam bidang bahasa Inggris dan manajemen ekonomi. “Santri juga harus bisa mandiri secara ekonomi kelak. Jadi selain paham agama, mereka juga harus punya skill untuk masa depan,” tegasnya

Jadikan Green Pesantren

Di pesantren ini, Willi tidak sendiri. Ia dibantu oleh dua ustadz dan ustadzah yang merupakan pasangan suami istri: Pak Ari dan Ustadzah Janisa. Mereka mengajar pelajaran agama, sedangkan Willi menangani ilmu umum.

Pesantren Ittihadul Ummah juga mengusung konsep Green Pesantren pesantren ramah lingkungan. Terletak di kawasan yang masih asri, para santri tak hanya belajar dari buku, tapi juga dari alam sekitar. Mereka diajarkan untuk mencintai dan menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah.

Sisipkan gambar ...

Program Hafidz dan Harapan ke Depan

Salah satu program utama pesantren ini adalah mencetak para Hafidz Al-Qur’an. Willi berharap, santri yang lulus dari sini tidak hanya menjadi hafidz, tetapi juga mampu mengamalkan ilmunya dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

“Harapan saya, mereka bisa kembali ke masyarakat, menjadi pribadi yang membawa perubahan positif—bukan hanya untuk Pangandaran, tapi juga untuk Indonesia,” ujarnya dengan mata berbinar.

Pesan untuk Masyarakat: Dukung Pendidikan Anak

Willi mengajak para orang tua dan masyarakat luas untuk turut andil dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka, terutama pendidikan agama. Ia juga membuka pintu bagi siapa pun yang ingin berkontribusi terhadap pengembangan pesantren baik melalui donasi, investasi, atau tenaga.

Setiap malam minggu, pesantren ini rutin menggelar pertemuan wali santri disertai dengan kajian agama. Ini menjadi momen penting untuk membangun sinergi antara pengasuh pesantren dan para orang tua.

Inspirasi dari Sebuah Keyakinan

Cerita Willi Agustin adalah bukti bahwa perjuangan tidak harus selalu dimulai dari kelimpahan. Bahkan dari keterbatasan pun, seseorang bisa menghadirkan perubahan besar. Ia telah melepaskan kenyamanan pribadi, bahkan benda kesayangannya, demi satu tujuan: membangun rumah ilmu untuk generasi yang lebih baik.

“Harley itu mungkin cuma bisa saya pakai di jalanan, tapi masjid ini, semoga jadi jalan saya ke surga,” kata Willi penuh harap.

Penutup: Dari Pangandaran untuk Indonesia

Pesantren Ittihadul Ummah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ladang harapan dan pembentuk karakter. Dari hutan Pangandaran, Willi Agustin telah membuktikan bahwa dengan niat yang lurus dan kerja keras, hal besar bisa terwujud. Sebuah pesantren, sebuah masjid, dan puluhan santri menjadi saksi bahwa cinta sejati adalah ketika seseorang memberi, bukan menerima.


Sebelumnya :