UMMATTV, JAKARTA--Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia menawarkan blended learning sebagai alternatif pembelajaran di masa pandemi covid-19.
"Kita perlu mindset terpadu dalam menghadirkan pembelajaran dalam pandemi covid 19," ujar Ketua Umum JSIT Indonesia, Dr. H. Mohammad Zahri, M.Pd. dalam Webinar Pendidikan Nasional bertajuk "Nasib Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi", Sabtu (03/07/2021).
Lingkungan yang sehat dan aman, menurut Zahri sangat penting untuk menyelamatkan generasi demi masa depan bangsa.
"Untuk meminimalisir lost learning, siswa kita harus selamat dalam hal belajarnya, psikologinya, terutama karakternya tanpa mengganggu keselamatan jiwanya," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk menjalankan pembelajaran terpadu ini, Pertama perlu dukungan SOP dan petunjuk protokol kesehatan. Kedua perlu dedikasi dan daya juang (dimensi iman spiritual) dari para pejuang pendidikan.
"Kami percaya JSIT Indonesia memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman," ungkap Zahri dalam paparan materi berjudul "Menciptakan SIT Sebagai Lingkungan yang Sehat dan Aman Bagi Siswa"
Selain itu, menurut Zahri ada 4 langkah utama SIT dalam menjalankan Pendidikan Tatap Muka Terbatas (PTMT).
"Pertama mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan dan orangtua, kedua antisipasi kluster, ketiga pro aktif mengupayakan vaksinasi guru dan siswa. Keempat membentuk tim monitoring yang terdiri dari sekolah-orangtua-tim kesehatan," jelasnya.
Selanjutnya, imbuh Zahri, semua pihak harus mengambil hikmah dari adanya Covid 19 ini dengan mempersiapkan pembelajaran blended learning dan melakukan digitalisasi pengelolaan dan pelayanan.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Panitia Musyawarah Nasional (Munas) V JSIT Indonesia juga menghadirkan Drs. Mulyatsyah, MM selaku Direktur SMP, Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek RI dan Dwi Arianto, SH, MH selaku Sekretaris Pendidikan Kota Surakarta secara virtual melalui platform zoommeeting dan kanal youtube resmi JSIT Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh 2.000 lebih pejuang pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan juga ada peserta dari Malaysia, Brunei, dan Turki.*