Mutiara Senin Pagi: Persatuan untuk Kemakmuran Umat

Mutiara Senin Pagi: Persatuan untuk Kemakmuran Umat

Menghadapi pergantian tahun yang akan segera datang, sudah sepatutnya kita, kaum Muslimin terutama yang hidup di bumi Nusantara ini semakin merapatkan barisan

Oleh: KH. Bachtiar Nasir

Bismillahirrahmanirrahiim

Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surat Ali Imran ayat 103-104:

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ


"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."


Menghadapi pergantian tahun yang akan segera datang, sudah sepatutnya kita, kaum Muslimin terutama yang hidup di bumi Nusantara ini semakin merapatkan barisan. Menjelang 2024, suhu perpolitikan yang kian memanas, setidaknya harus membuat kita semakin mengeratkan persatuan dan membentengi umat dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan umat dan memecah-belah. 


Perjalanan panjang umat ini di peta perpolitikan, sepatutnya membuat kita belajar bahwa bukan saatnya lagi kita saling berselisih, gampang terpancing amarah, dan menjadi orang-orang yang dimanfaatkan sebagai tunggangan. Dan, akhirnya ditinggalkan para penipu manakala syahwat kekuasaan sudah mereka penuhi. 


Kita bisa melihat betapa lemah dan terpecah belahnya umat Islam saat ini. Umat Islam di Yaman, Suriah, Palestina, Irak, dan Afghanistan; sebelumnya adalah mereka yang hidup dalam kemuliaan. Namun, akibat lemahnya persatuan dan jauhnya dari cahaya Al-Quran, maka mereka kemudian berhasil ditundukkan oleh kekuatan musuh Allah. 


Walaupun Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan bahwa kemenangan di hari akhir adalah milik umat ini, tetapi adalah sebuah kewajiban untuk membuktikan bahwa kita adalah hamba-Nya yang siap sedia menjadi bagian dari kemenangan tersebut. Baik yang mendapatkan karunia hidup mulia, maupun mereka yang mendapatkan karunia mati syahid. 


Kembali pada realitas bangsa ini. Para pendiri bangsa ini telah menuangkan cita-cita kemerdekaan bangsa ini dengan sangat agung pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kesatu, “…Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”


Tujuan perjuangan kemerdekaan para syuhada pahlawan bangsa itu adalah mengantarkan rakyat Indonesia pada kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sistematika penulisan ini memiliki arti yang luar biasa dan bukan sekadar urutan kata. 


Pada pendiri bangsa ini tahu betul bahwa hal yang pertama kali diharapkan oleh seorang manusia manakala menjalani hidup di dunia adalah kemakmuran. Dan, alam Indonesia sungguh menjamin kemakmuran bagi rakyat yang hidup di atasnya. Kesadaran ini sungguh tak hanya dimiliki oleh bangsa kita, tetapi juga orang-orang yang di luar negeri ini yang tengah mencari jalan untuk bisa menduduki kekayaan negeri ini. 


Bila di atasnya terlihat berbagai kekayaan hayati dan berbagai bahan obat, makanan, dan olahan yang berlimpah; maka yang ada di bawah lapisan tanahnya adalah tembaga, timah, batu bara, emas, uranium, bahkan intan berlian. Belum lagi di perairan, di atasnya ikan dan berbagai biota laut, sementara di bawahnya terdapat cadangan minyak bumi. 


Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menguasai dengan cara apa pun, untuk merampas kemakmuran bangsa ini. Bila orang-orang yang hidup di negeri itu sudah miskin, selanjutnya yang terjadi adalah ketimpangan sosial dan rasa ketidakadilan di segala sisi hidup bernegara. Di saat hukum bisa dijual-beli demi untuk mendapat kekayaan, maka di saat itulah kedaulatan negeri ini hancur. Tak ada lagi “payung yang menaungi” rakyat dan mempersatukan dalam satu atap yang bernama negara.  Bila sudah tak berdaulat, maka sudah sama dengan kondisi terjajah. Tak mampu mengangkat muka untuk membela kehormatan agama, diri, dan bangsa.


Bila dibaca dari urutannya, inilah mengapa para pahlawan dan pendiri negeri ini berusaha memerdekakan bangsa ini dengan darah dan jiwa mereka. Kemerdekaan akan memayungi persatuan yang akan mewujudkan kedaulatan, kedaulatan yang akan memungkinkan tegaknya hukum yang akan menghadirkan rasa keadilan; dan pemerintahan yang kuat dan adil akan mengantarkan rakyat pada kemakmuran. 


Kembali kepada Alquran

Namun, mengapa sekarang di saat telah banyak ahli dan jenderal di negeri ini, bangsa kita malah terpuruk dalam kondisi lemah ekonomi, lemah politik, lemah budaya, dan terjajah secara ekonomi? Inilah yang dijawab oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Ali Imran ayat 103 bahwa untuk menghindari dan mengantisipasi kondisi “buruk”  ini, berpeganglah kembali pada tali Allah. Tali yang akan mempersatukan bangsa, menjadikan bersaudara, dan menyelamatkan kita dari jurang neraka. 


Apa yang dimaksud dengan “tali Allah” tersebut? Inilah jawabannya: Alquran. Satu ujungnya dalam genggamana Allah Azza wa Jalla, satu diulurkannya kepada kita di muka bumi. Alquran-lah yang dulu menjadi bahan bakar semangat juang para pahlawan dan menjadi dasar pemikiran pendiri bangsa ini. Sebelum akhirnya dikaburkan atas nama toleransi. 


Tanpa berpegang pada Alquran, kita akan tersungkur dalam kehinaan. Kita pernah maju dan menjadi pemimpin dunia karena berpegang teguh pada Alquran; lalu menjadi terbelakang serta tidak memiliki kemuliaan karena meninggalkan Alquran. Jadi, kuncinya adalah kembali pada Alquran dan menjadikannya sebagai pedoman kehidupan. 


Di ayat 104, Allah menghimbau pada hamba-Nya agar ada segologan orang yang menyeru pada kebaikan, menyuruh pada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Di sinilah Allah memberi tahu pada kita bahwa perlu ada orang-orang yang bergerak maju menjadi pelopor kebangkitan umat. Menjadi orang yang berjalan di barisan terdepan untuk memimpin umat ini bangkit dari tidur panjangnya. Menciptakan kemakmuran dan memastikan kesejahteraan umat dan bangsa ini. Bukan  hanya untuk kenyang sendiri. 


Pelopor yang akan bergerak bersama-sama umat untuk membangun berbagai lapangan pekerjaan; terutama untuk kembali bertani, beternak, dan bertambak. Kenapa demikian? Karena krisis pangan, krisis energi, dan krisis ekonomi sudah di ambang mata. Kita harus memiliki sumber daya yang cukup untuk memastikan umat dan bangsa ini terpenuhi pangan, sandang, dan papannya terlebih dahulu. Baru kita bisa bicara masalah global. 


Mari jadikan diri dan orang-orang terdekat kita menjadi orang-orang yang meneladani dan mengawali langkah untuk membuat umat ini kenyang, sehat, dan sejahtera. Kuncinya kembali kepada Al-Quran dan jangan berbantah-bantahan. Berbantahan adalah awal dari kemarahan dan pertikaian. Karena itu, jangan cepat marah dan mengalahlah. Mengupayakan titik temu agar umat ini bersatu, makmur, dan berkah. Insyaallah.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :