BOGOR UMMATTV.COM — Dalam kajian Ahad sore di Masjid Azura Kemang, Ustadz Dr. Samsul Basri menyampaikan pesan tentang hakikat taqwa yang bersumber dari dua ayat penting dalam Al-Qur’an: Surat An-Nisa ayat 1 dan Surat Al-Hasyr ayat 18.
Kedua ayat ini mengandung panggilan bagi setiap orang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok.
Empat Makna Taqwa yang Hakiki
Bahwa taqwa memiliki empat unsur utama yang menjadi landasan bagi setiap muslim:
1.Takut kepada Allah Yang Maha Tinggi
Rasa takut ini bukan karena ancaman semata, melainkan karena kesadaran akan kebesaran dan keagungan Allah. Rasa takut inilah yang menjaga hati tetap tunduk dan bersih dari kesombongan.
2.Amal Berdasarkan Wahyu
Amal yang diterima di sisi Allah adalah amal yang sesuai dengan petunjuk wahyu, bukan sekadar keinginan atau kebiasaan manusia. Inilah pembeda antara ibadah yang benar dan sekadar aktivitas tanpa nilai.
3.Menerima Ketentuan Allah, Meski Sedikit atau Tidak Menyenangkan*
Seorang yang bertakwa tidak menilai amal dari besar atau kecilnya hasil, melainkan dari keikhlasan dan kesesuaiannya dengan syariat. Kadang hasilnya sedikit, kadang ujian terasa berat namun semuanya adalah bagian dari ketentuan Allah yang penuh hikmah.
4..Mempersiapkan Bekal Terbaik untuk Hari Esok
Inilah puncak dari hakikat taqwa yang ditekankan dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
Kalimat ini mengandung dua makna :
Hari esok bisa bermakna masa depan di dunia, yakni bagaimana seorang muslim menyiapkan amal, ilmu, dan kontribusi terbaik bagi kehidupan dunia yang bermanfaat.
Namun makna yang lebih dalam adalah masa depan setelah dunia, yaitu kehidupan di akhirat.
Karena itu, setiap jiwa diperintahkan untuk memperhatikan bekalnya sebelum datang hari kematian, saat tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat.
Penutup
Kajian ini menegaskan bahwa taqwa bukan hanya tentang rasa takut atau menjalankan perintah, melainkan tentang kesadaran penuh akan arah hidup dan tujuan akhir.
Bekal terbaik bukan harta, jabatan, atau pujian manusia, tetapi amal saleh yang ikhlas dan sesuai dengan wahyu Allah.
“Persiapkan bekalmu sebelum datang hari kematian,” pesan Ustadz Samsul menutup majelis ilmu dengan doa agar setiap jamaah mampu mengisi sisa hidup dengan amal yang bernilai di sisi Allah.